Ustazah Roni'ah: Keikhlasan Mengasuh Warnai Jiwa Santri

Tugas mengasuh sejatinya bukan sekadar mengajar atau menjaga, tetapi merupakan amal yang sangat besar dan ini menjadi salah satu bentuk peran kita dalam mencetak generasi Qur’ani. Harus dilandasi keikhlasan, hanya berharap rida Allah saja.

وَمَاۤ اُمِرُوْۤا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَـهُ الدِّيْنَ ۙ حُنَفَآءَ وَيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوا الزَّكٰوةَ وَذٰلِكَ دِيْنُ الْقَيِّمَةِ ۗ 

Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah, dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar).” (QS. Al-Bayyinah: 5)

Ruhul amal itu ikhlas. Menjadi salah satu syarat diterima amal. Jadi, amal itu haruslah ikhlas dan mengikuti tuntunan Rasulullah. Jika ikhlas dalam beramal maka akan mendapatkan pahala dari Allah. Sebaik apapun amal yang kita lakukan, jika tidak didasari dengan keikhlasan itu jadi sia-sia.

Begitu juga sebagai seorang guru ketika mendidik muridnya. Guru yang tidak ikhlas bisa berdampak buruk kepada murid. Seharusnya, kita belajar dari para pendahulu, orang-orang saleh yang senantiasa menjaga keikhlasan dalam mendidik murid.

Ustazah Roni'ah
Ustazah Roni'ah menekankan pentingnya ikhlas dalam mengasuh santri

اِلَّا الَّذِيْنَ تَا بُوْا وَاَ صْلَحُوْا وَا عْتَصَمُوْا بِا للّٰهِ وَاَ خْلَصُوْا دِيْنَهُمْ لِلّٰهِ فَاُ ولٰٓئِكَ مَعَ الْمُؤْمِنِيْنَ ۗ وَسَوْفَ يُـؤْتِ اللّٰهُ الْمُؤْمِنِيْنَ اَجْرًا عَظِيْمًا

Kecuali orang-orang yang bertobat memperbaiki diri dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan dengan tulus ikhlas (menjalankan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu bersama-sama orang-orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan pahala yang besar kepada orang-orang yang beriman.” (QS. An-Nisa': 146)

Ikhlas dalam menjalankan agama Allah dijanjikan mendapatkan pahala yang besar. Ikhlas itu bagaikan ruh dalam jasad, tanpa ikhlas bagaikan jasad tanpa ruh. Sebagus apapun amal kita kalau tidak didasari oleh keikhlasan, maka amal itu akan sia-sia.

Orang yang ikhlas itu bisa dilihat dengan adanya semangat dalam meningkatkan kualitas ibadah. Apalagi ketika sendirian. Ia akan berusaha semaksimal mungkin. Orang mukhlis akan berusaha meningkatkan kualitas ibadah serta meningkatkan kepercayaan diri.

Seorang yang memiliki jiwa ikhlas, maka dalam beramal dia tidak pernah terpengaruh dengan omongan orang. Satu-satunya yang menjadi harapannya adalah berharap rida Allah semata, bukan pujian manusia. 

إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا

Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.” (QS. Al-Insan: 9)

Ayat ini menggambarkan ketulusan amal orang beriman, khususnya mereka yang memberi makan kepada orang miskin, anak yatim, dan tawanan semata-mata karena Allah, tanpa mengharapkan balasan duniawi apa pun.

Dampak keikhlasan juga membawa seseorang menjadi lebih sabar, pemaaf, lapang dada, dan tidak mudah marah. Sifat-sifat seperti ini sangat dibutuhkan dalam mendidik dan mengasuh murid atau santri.

Ikhlas menjauhkan dari rasa sakit hati. Dikisahkan, ketika terjadi fitnah terhadap ‘Aisyah, salah satu yang ikut menyebarkannya adalah Mistah bin Utsatsah, kerabat yang selama ini dibantu oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq.

Karena merasa sakit hati, Abu Bakar sempat bersumpah tidak akan lagi membantunya lagi. Lalu Allah menurunkan Surat An-Nur ayat 22 yang memerintahkan untuk memaafkan dan berlapang dada, seraya mengingatkan, “Tidakkah kamu ingin Allah mengampunimu?”

Mendengar ayat itu, Abu Bakar pun memaafkan Mistah dan kembali membantunya. Ketika ditanya mengapa mengubah sikap yang sebelumnya tak mau memaafkan, maka Abu Bakar berkata, “Aku ingin Allah mengampuniku.”

Orang ikhlas juga akan mudah mendapatkan pertolongan Allah. Sebagaimana sanda Nabi, “Sesungguhnya Allah menolong umat ini melalui orang-orang lemah di antara mereka, melalui doa, salat, dan keikhlasan mereka.”

Orang yang ikhlas akan menjadi teladan bagi orang lain. Bahkan memotivasi orang lain untuk mengikuti perbuatannya. Selain itu, Allah juga menjanjikan orang yang ikhlas akan dijauhkan dari tipu daya setan.

Karakter pendidik yang harus dimiliki adalah ikhlas, sabar, keteladanan, lemah lembut, dan disiplin. Tarbiyah itu cakupannya lebih luas: mendidik anak, mengembangkan potensi anak, dan qudwah atau keteladanan adalah wasilah terbaik agar anak lebih mudah dalam mengikuti. Qudwah lebih baik daripada qaul (penyampaian materi saja).

Pendidik mempunyai tanggung jawab amanah ilmiyah. Ini yang harus dijalankan sebelum mengajar. Mengabarkan rujukan-rujukan yang terpercaya sebelum menyampaikannya kepada santri. Jangan lupa doa untuk diri sendiri dan anak didik kita.

Majelis ilmu di Bumi Perkemahan Qoryatul Qur’an Alasombo, 15 Oktober 2025. Salah satu sesi pada Qur’anic Brotherhood Camp (Kemah Antar Ma’had Aly Putri). Pemateri Ustazah Roni'ah, guru faraid dan tarbiyah ta'lim di PPI Al-Mu'min Ngruki.

Reporter: Ustazah Almar’ Atush Sholihah

Posting Komentar untuk "Ustazah Roni'ah: Keikhlasan Mengasuh Warnai Jiwa Santri"