Sabtu pagi, 13 September 2025, PPTQ Qoryatul Qur’an Komplek 06 Asemlegi Gabeng menerima kunjungan silaturahmi rombongan dari Pesantren Fursan Al Birru, Tanjung, Nguter, Sukoharjo. Rombongan tamu terdiri dari Pak Ervan, Pak Purwanto, Ustaz Kusnan, Lc., Ustaz Avan, dan Bu Ning.
Kedatangan tamu disambut langsung oleh Direktur Umum PPTQ Qoryatul Qur’an, Ustaz Setyadi Prihatno, S.Sos., M.P.I., bersama jajaran direktorat. Suasana penuh keakraban tampak dalam pertemuan yang berlangsung mulai pukul 09.00 WIB di ruang pertemuan lantai 2.
Dalam kesempatan tersebut, Ustaz Kusnan, Lc., selaku Ketua Yayasan Al Birru menyampaikan maksud kedatangan rombongan, yakni untuk ngangsu kaweruh mengenai pengelolaan pesantren. Beliau menyampaikan terima kasih atas bimbingan yang selama ini diberikan oleh Ustaz Setyadi, Ustaz Hartanto, dan seluruh asatiz Qoryatul Qur’an.
Selain itu, beliau juga mengungkapkan rencana pengembangan unit pendidikan di Pesantren Fursan Al Birru. Rencananya, tahun depan berkeinginan menambah jenjang pendidikan TK dan MI. Untuk itu, rombongan berharap mendapat arahan, mulai dari konsep hingga rincian teknis, dari pengalaman yang telah dijalankan Qoryatul Qur’an.
Ustaz Setyadi Prihatno menyampaikan apresiasi dan rasa bahagia atas silaturahmi dari Al Birru. Beliau menegaskan bahwa Qoryatul Qur’an dan Al Birru adalah satu kesatuan yang berjalan bersama dalam peta perjuangan yang telah digariskan oleh Rasulullah ﷺ.
![]() |
| Qoryatul Qur'an menerima tamu Yayasan Al Birru |
Untuk itulah, pesantren harus terus menyiapkan diri untuk perjuangan ke depan. Beliau juga mengutip perkataan sahabat Amru bin Ash yang menyatakan bahwa umat Islam saat ini sedang berada dalam ribath hingga hari kiamat, karena banyaknya musuh yang mengepung dengan ambisi menguasai negeri.
Konteks ini sejalan dengan firman Allah dalam Al-Qur’an bahwa kaum Yahudi dan Nasrani tidak akan rela hingga umat Islam mengikuti agama mereka (QS. Al-Baqarah: 120). Bahkan, dalam QS. Al-Baqarah: 217 dijelaskan bahwa musuh-musuh Islam senantiasa berupaya memalingkan kaum muslimin dari agamanya.
Pesan ini menguatkan kesadaran bahwa perjuangan dakwah dan pendidikan Islam harus terus dilanjutkan dengan kesungguhan dan kesiapan menghadapi berbagai tantangan. Sinergi dakwah menjadi keharusan bagi kaum muslimin.
Musuh-musuh Islam sejak dahulu tidak hanya datang dengan pedang, tetapi juga dengan strategi pemikiran. Salah satu contohnya adalah Peter the Venerable, seorang kepala biara Cluny pada abad pertengahan, yang menjadi pelopor penerjemahan Al-Qur’an ke bahasa Latin.
Ia memahami bahwa untuk menguasai umat Islam, mereka perlu lebih dulu mempelajari kitab suci dan karya para cendekiawan muslim, sehingga serangan yang dilancarkan tidak hanya fisik tetapi juga intelektual.
Dalam pengantarnya, Peter the Venerable menegaskan bahwa ia datang bukan dengan senjata, melainkan dengan kata-kata; bukan dengan kekerasan, melainkan dengan akal; bukan dengan kebencian, melainkan dengan kasih.
Kalimat ini tampak lembut, namun sesungguhnya menjadi strategi untuk mengajak umat Islam meninggalkan agamanya melalui perdebatan dan wacana, bukan melalui peperangan. Itu pada dasarnya diarahkan untuk melemahkan keyakinan kaum muslimin.
Maka, dengan menyadari hal ini, kerja keras mengelola pendidikan adalah bagian dari perjuangan besar untuk melahirkan generasi muslim yang kokoh iman dan siap melanjutkan cita-cita Rasulullah ﷺ.
Yang kita hadapi hari ini adalah ghazwul fikr, sebuah metode perusakan yang sangat berbahaya karena menyasar pemikiran dan keyakinan umat Islam, sehingga harus dihadapi dengan kesadaran, ilmu, dan keteguhan iman.
Ghazwul fikr bertujuan memalingkan umat mukmin dari Islam, mengaburkan pandangan mereka terhadap ajaran yang benar, menunda kebangkitan Islam, serta menggiring umat untuk tunduk pada sistem Barat yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam.
Samuel Zwemmer, seorang orientalis dan misionaris Barat, pernah menegaskan bahwa tujuan utama mereka bukanlah mengajak umat Islam memeluk agama lain secara langsung, melainkan menjauhkan dari ajarannya sendiri, menanamkan keraguan terhadap Al-Qur’an, dan melemahkan keterikatan mereka dengan Islam.
Jadi, ghazwul fikr adalah ancaman nyata yang menyasar iman dan jati diri umat. Karena itu, penguatan pendidikan Islam harus menjadi benteng terdepan agar generasi muslim tetap teguh dalam keyakinan, tidak mudah terpengaruh oleh tipu daya, dan siap melanjutkan perjuangan Rasulullah ﷺ di tengah tantangan zaman.
Maka jelas, hanya generasi Qur’an yang mampu menjadi solusi menghadapi ghazwul fikr, menjaga umat dari keraguan, serta meneguhkan kembali jalan perjuangan Rasulullah ﷺ. Generasi inilah yang akan menjadi benteng akidah dan cahaya petunjuk di tengah gelapnya arus pemikiran yang menyesatkan, sekaligus motor kebangkitan Islam yang sesungguhnya.
![]() |
| Syekh Muzhaffar berkenan menyapa para tamu dari Al Birru |
Selanjutnya, Ustaz Setyadi mempresentasikan model pendidikan dasar di PPTQ Qoryatul Qur’an dalam pengelolaan program INeS MITQ dan program ISTECH MTsTQ. Niat dan tujuan harus benar karena Allah semata.
Menurut beliau, Al Birru punya cukup modal untuk memulai unit TK atau MI. Becermin dari QQ, awalnya hanya bermodal gazebo tak perlu bangunan, sudah bisa dimulai. Semua fasilitas akan datang ketika membutuhkannya.
Pada kesempatan majelis ini, Syekh Muzhaffar Annawati yang sedang mengajar di QQ, berkenan menemui para tamu dari Al Birru. Syekh menyampaikan beberapa hal, di antaranya mengatakan bahwa studi tiru ke QQ sudah tepat.
Akhirnya, dengan adanya pertemuan silaturahmi ini diharapkan bisa menambah motivasi Yayasan Al Birru untuk memulai pembukaan unit baru di pesantrennya. Dengan bismillah, semua akan mudah dalam perjalanannya.


Posting Komentar untuk "PPTQ Qoryatul Qur’an Terima Kunjungan Silaturahmi dari Pesantren Fursan Al Birru untuk Ngangsu Kaweruh"