Santri PPTQ Qoryatul Qur’an Kunjungi Monumen Pers Nasional Solo: Menelusuri Jejak Pena Perjuangan Insan Pers

Rombongan santri PPTQ Qoryatul Qur’an berkunjung ke Monumen Pers Nasional Solo. Kunjungan ini menjadi bagian dari kegiatan edukatif yang bertujuan memperluas wawasan santri tentang sejarah, media, dan perjuangan bangsa melalui dunia pers.

Monumen Pers Nasional, yang berfungsi sebagai monumen sekaligus museum, memiliki makna yang besar bagi insan pers di Indonesia. Hal ini karena di tempat inilah dahulu lahir organisasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).

Tempat bersejarah ini beralamat di Jalan Gajah Mada No. 59, Banjarsari, Solo. Sebuah gedung tua yang megah dan sarat nilai sejarah. Bangunan yang dulunya bernama Societeit Sasana Soeka ini berdiri sejak tahun 1918 atas prakarsa KGPAA Mangkunegara VII.

Kelahiran organisasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) pada 9 Februari 1946 menjadi tonggak penting dalam perjalanan kebebasan pers nasional. Kini, Monumen Pers menjadi pusat dokumentasi dan museum yang memamerkan perkembangan dunia jurnalistik dari masa ke masa.

Pemandu museum
Santri menyimak penjelasan dari pemandu museum

Santri dipandu petugas museum berkeliling ke berbagai ruangan yang menampilkan koleksi bersejarah, mulai dari mesin ketik kuno, kamera manual, pemancar radio, hingga surat kabar dari masa perjuangan kemerdekaan. Pemandu menjelaskan bagaimana berita-berita penting bangsa ini dahulu diketik dan disiarkan ke seluruh penjuru negeri.

Para santri memperhatikan dengan serius setiap detail koleksi yang ada. Antusias mereka memperlihatkan besarnya rasa penasaran untuk melihat perjuangan yang dilakukan insan pers dengan pena dan tulisan.

Para santri juga diajak menaiki tangga menuju lantai atas museum, tempat perpustakaan Monumen Pers Nasional berada. Suasananya tenang dan penuh aroma khas buku lama. Di ruangan itu tersimpan ribuan koleksi buku, majalah, dan kliping koran dari berbagai masa.

Museum Pers Nasional
Diorama dan koleksi barang bersejarah di Museum Pers

Sebagian koleksi tersebut kini bisa diakses secara digital melalui katalog daring museum. Tak jauh dari perpustakaan, terdapat ruangan khusus digitalisasi yang cukup menarik perhatian. Dari balik kaca, terlihat petugas sedang men-scan lembaran media massa untuk diubah menjadi format digital.

Kegiatan itu dilakukan agar arsip berita tidak hilang dimakan usia dan bisa diakses oleh generasi mendatang. Kita diajak memahami betapa pentingnya pelestarian informasi sebagai bentuk tanggung jawab intelektual. Menjaga arsip data agar tetap hidup sejalan dengan semangat menjaga warisan ilmu.

Di antara harapan adanya kunjungan ke Museum Pers ini, agar para santri menyadari bahwa literasi adalah pintu bagi ilmu dan peradaban. Meneladani para wartawan pejuang pers, mereka pun bisa mengabadikan kebenaran melalui huruf dan kalimat. Hal sama yang dilakukan para ulama terdahulu.

Perpustakaan
Wisata buku di perpustakaan Museum Pers

Berkunjung ke museum menumbuhkan nilai-nilai penting dalam diri santri, terutama keberanian menyuarakan kebenaran, integritas dalam menulis, dan tanggung jawab menyebarkan informasi yang bermanfaat. Sebagaimana dilakukan para wartawan dulu berjuang lewat berita dan artikel.

Monumen Pers Nasional sangat ramah bagi pengunjung. Museum ini buka setiap Senin hingga Sabtu pukul 09.00–15.00 WIB dan gratis untuk umum, cukup dengan mengisi daftar tamu di pintu masuk. Untuk rombongan besar seperti dari pesantren, pihak museum menyediakan layanan reservasi dan pemandu edukatif yang siap menemani kegiatan kunjungan.

Kunjungan ke Monumen Pers Nasional ini merupakan bagian dari rangkaian perjalanan edukatif santri dan mahasantri PPTQ Qoryatul Qur’an selama tiga hari, 10–12 November 2025, secara bergantian.

Secara berurutan kunjungan dilaksanakan ke ISA Peace Exhibition 2025 di Taman Budaya Jawa Tengah, kemudian ke Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, ke Monumen Pers Nasional Solo, dan ditutup dengan kunjungan ke Masjid Raya Syeikh Zayed Solo.

Posting Komentar untuk "Santri PPTQ Qoryatul Qur’an Kunjungi Monumen Pers Nasional Solo: Menelusuri Jejak Pena Perjuangan Insan Pers"