Jumat pagi, 8 Agustus 2025, para santri MTsTQ Qoryatul Qur’an Program ISTECH mengikuti acara pengenalan sistem automasi dan robotika dan demo robotic bersama Tim Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Autobot School, Klaten.
Acara dilaksanakan di meeting room lantai 2 Gedung Kantor Komplek 06 Asemlegi, Gabeng. Santri ditemani segenap tim asatiz ISTECH dan didampingi langsung oleh Kepala MTsTQ Qoryatul Qur’an, Ustaz Agus Umar Ar-Rifa'i, S.Pd.I.
![]() |
Tim Autobot School mendemokan robot karya mereka |
LKP Autobot School adalah sebuah lembaga yang bergerak di bidang pembelajaran automasi dan robotika untuk pemula sampai dengan tingkat mahir. Berkolaborasi dengan dunia industri, bertekad mempersiapkan SDM yang unggul dan siap menggunakan teknologi untuk meningkatkan kualitas hidup.
Autobot School berkantor pusat di Gedung Cakra Square Lantai 3, Klaten, Jawa Tengah. Ada juga kantor cabang mereka, yakni di Jl. Sutan Syahrir 143 Widuran, Solo dan Jl. Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta.
Tim dari Autobot School terdiri dari empat orang, dipimpin oleh Bapak Junaidi, selaku pengawas dan public relation. Pemaparan program dan pengenalan robotic disampaikan oleh Miss Ririn. Diawali dengan mengenalkan profil dari Autobot School.
![]() |
Suasana presentasi automasi dan robotika oleh Autobot School Klaten |
“Autobot School adalah lembaga penyelenggara diklat resmi terdaftar di Kemendikdasmen, yang menyelenggarakan diklat untuk guru coding dan KA untuk jenjang PAUD, SD, SMP, dan SMA/SMK,” kata Miss Ririn.
Beliau kemudian menyampaikan bahwa ke depannya nanti sistem semakin maju. Salah satunya ialah Society 5.0 yang digagas oleh Jepang. Konsep ini memungkinkan kita menggunakan ilmu pengetahuan yang berbasis modern (AI, Robot, Iot) untuk kebutuhan manusia dengan tujuan agar manusia dapat hidup dengan nyaman.
“Kalau sekarang kita akrab belanja online diantar abang kurir, nanti paket yang kita pesan diantar pakai drone. Dari bidang pertanian akan ada traktor otomatis, bidang transportasi kendaraan otomatis tanpa driver,” begitu Miss Ririn menjelaskan apa yang muncul di layar presentasi.
Disampaikan pula, harapan mempelajari ilmu baru ini adalah ketika sistem itu masuk ke Indonesia, kita tidak gagap akan adanya teknologi baru. Miss Ririn juga mengatakan bahwa sistem otomatis itu sudah banyak masuk ke Indonesia.
“Kalau kita pergi ke mall, di sana ada pintu yang bisa buka tutup sendiri. Jangan sampai kita takut dan mengira ada hantu. Pintu itu bisa otomatis karena menggunakan sistem sensor, ada yang mendekat akan membuka sendiri.”
Lebih lanjut, Miss Ririn mengatakan bahwa robotic itu bukan hanya membuat robot saja, tapi juga memanfaatkan cara otomatisasi dan cara kerjanya, agar bisa diterapkan dalam banyak aplikasi yang bermanfaat.
“Indonesia butuh sekitar 12 juta talenta digital hingga tahun 2030 untuk mendukung transformasi digital nasional,” ungkap Miss Ririn. “Ketersediaan saat ini diperkirakan hanya sekitar 9 juta talenta digital hingga 2030, berdasarkan output dari pendidikan formal.”
Jadi terdapat kekurangan sekitar 500.000 talenta digital per tahun yang perlu dipenuhi melalui pelatihan dan program pengembangan lainnya. Autobot menyambut baik inisiatif pesantren membuka kelas pembelajaran automasi dan robotika ini.
Pekerjaan berubah dengan cepat. Tugas-tugas rutin mulai tergantikan oleh otomatisasi. Bahkan, AI menggantikan pekerjaan yang sifatnya berulang (klerikal), tetapi juga menciptakan profesi baru. Sistem pendidikan harus mengejar ketertinggalan.
Kelas Robotik yang diterapkan di Autobot School dibagi dua, yakni Lower untuk kelas 1-2 SD dan Upper untuk kelas 3-6 SD. Perbedaannya terkait usia, penyesuaian pendekatan daya konsentrasi dan keterampilan motorik anak.
Kalau Lower Class metode pembelajarannya melalui permainan, simulasi, dan aktivitas fisik. Ada empat pilar pembelajaran: pengenalan teknologi, merakit dan membangun, simulasi dan bermain peran, serta penanaman nilai-nilai penting.
Target pembelajaran jangka pendeknya adalah untuk mengenali fungsi robot, merakit model sederhana, dan menyelesaikan misi simulasi. Untuk jangka panjang, targetnya paham dasar teknologi, terbiasa problem solving, serta bisa mengenali arah dan strategi.
![]() |
Autobot mendemonstrasikan robot bersama santri ISTECH |
“Kalau di Upper Class, yang dipelajari adalah dasar elektrikal robotik dengan mengetahui fungsi dan menggunakannya,” lanjut Miss Ririn. Di antaranya ada protoboard, baterai, LED, resistor, switch, dan motor DC.
Kemudian belajar dasar mekanik robot dengan mengetahui fungsi dan cara kerja setiap komponen. “Misalnya membuat Robot Catapult, kita harus paham fungsi dan cara kerja dari bodi robot, elektrikal robot, termasuk mur bautnya.”
Lebih lanjut, pada kelas Upper ini, kita akan belajar sistem kendali robot, baik itu berupa sensor atau tombol. Ini akan menjadi penting untuk bisa merakit robot seperti Autonomus x Catapult, Soccer Bot, dan Light Follower.
Selanjutnya, para santri ISTECH diperlihatkan beberapa robot yang dibawa oleh Tim Autobot School. Mendemokan cara kerjanya, serta memperlihatkan perangkat software maupun hardware-nya. Beberapa santri dipersilakan mempraktikkan cara mengendalikan robot tersebut.
![]() |
Foto bersama Tim Autobot School Klaten |
Pada akhir sesi, Pak Junaidi menyampaikan bahwa untuk mempelajari semua ini, anak-anak harus memperhatikan dari awal setiap pembelajaran robotik. Setiap ada pembelajaran gunakan waktu sebaik mungkin. “Harus senang dulu, semangat, dan sungguh-sungguh,” kata beliau.
Pengenalan automasi dan robotika dari Tim Autobot School ini tentu saja masih pada permukaan yang bahkan belum membuat para santri paham. Namun, setidaknya semua dimulai dari mengenalnya dulu. Harapan nantinya semua bisa berproses hingga menjadi mahir.
Posting Komentar untuk "Santri ISTECH MTsTQ Qoryatul Qur’an Ikuti Demo Robotic bersama Autobot School Klaten"