Satu Kesalahan Menghapus Seribu Kebaikan

Oleh: Ustaz Muhammad Rifa'i
Asatiz PPTQ Qoryatul Qur’an, mengasuh di Komplek 05 Alasombo

Sudah banyak berbuat baik tapi seperti tak dianggap, namun sekalinya berbuat salah seolah-olah kebaikan yang pernah kita lakukan menjadi sia-sia.

Bahkan ada yang berpikir seperti ini: “Salahin aja terus, marah-marah aja terus, padahal cuma berbuat salah sekali tapi seolah-olah kayak berbuat salah terus. Kemarin-kemarin aku berbuat hal baik enggak ada responnya, enggak ada feedback-nya. Giliran sekali salah...”

Pernah berpikir kayak gini? Kalau pernah, berarti kamu enggak sendirian, karena ini adalah hal lumrah, manusiawi yang dipikirkan manusia ketika ia berbuat salah dan mendapat teguran. Mindset manusiawi.

Karena rule yang berlaku di dunia ini adalah ketika kita berbuat salah maka akan langsung ditegur, langsung kena marah, langsung kena hukuman. Namun, ketika kita berbuat baik ya sudah, tak ada yang istimewa, karena itu adalah hal yang wajar dan sudah seharusnya.

Satu kebaikan
Satu kesalahan menghapus seribu kebaikan

Jadi memang seperti inilah aturan yang berlaku di kalangan manusia. Kita dan semua orang mengalami hal yang sama. Dan memang sudah seharusnya ketika ada yang berbuat salah harus segera diluruskan, karena kalau dibiarkan, ia akan melenceng semakin jauh.

Sementara kalau dia benar, ya benar. Berarti sudah tidak perlu diluruskan karena ia sudah lurus.

Contohnya, ketika rumahmu dalam keadaan kotor, apakah kamu akan membersihkannya atau kamu hanya akan berkata, “Lah biarin aja, toh kemarin-kemarin rumahnya bersih, sesekali kotor enggak masalah.”

Kalau kamu berlaku seperti ini berarti ada yang salah dengan mindset-mu, karena normalnya manusia yang akalnya sehat, ketika ia melihat rumah kotor, ia akan membersihkannya. Seperti ketika kita lapar maka kita makan, ketika haus kita minum.

Nah, sebenarnya ketika ia berpikir kalau ia salah seolah kebaikannya hilang, pikiran seperti ini adalah pikiran manusiawi yang mengharapkan pujian ketika ia berbuat baik. Ekstrimnya bisa dikatakan ia orang yang mudah pamrih.

Meskipun bagi sebagian orang ada yang menganggap bahwa ketika ada yang berbuat baik dan mendapat pujian akan membuat ia lebih bersemangat untuk berbuat baik lagi, tapi sisi negatifnya ketika ia terbiasa dengan pujian setelah ia berbuat baik, hal itu bisa membuat ia menjadi orang yang sombong dan pamrih. Sehingga ketika ia berbuat baik dan tak mendapat pujian, ia akan menyalahkan orang lain.

Padahal dari semua pikiran dan perasaan kita yang seolah menyalahkan orang lain, ada hal penting yang perlu kamu ingat: Kita pun sering melakukan hal yang kita anggap salah.

Seperti saat Allah yang Maha Luas rahmat-Nya selalu memberikan karunia nikmat-Nya kepada kita yang tak pernah berhenti, namun kita jarang sekali berterima kasih kepada-Nya. Jarang sekali kita menyebut asma-Nya ketika kita mendapatkan begitu banyak nikmat dari-Nya. Sekadar mengucap hamdalah saja kita sangat sulit.

Tapi sekalinya kita diberi musibah atau cobaan maupun teguran atas kesalahan dan kelalaian kita, yang terucap di lisan kita hanyalah keluhan, cacian, mengutuk takdir, dan semua hal yang menunjukkan ketidakterimaan kita terhadap takdir yang telah Allah tentukan.

Ya, memang dasarnya sifat manusia sebagaimana yang telah Allah Ta’ala sampaikan dalam firman-Nya:

 فَاَمَّا الْاِنْسَانُ اِذَا مَا ابْتَلٰىهُ رَبُّهٗ فَاَكْرَمَهٗ وَنَعَّمَهٗۙ فَيَقُوْلُ رَبِّيْٓ اَكْرَمَنِۗ ۝ وَاَمَّآ اِذَا مَا ابْتَلٰىهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهٗ ۙ فَيَقُوْلُ رَبِّيْٓ اَهَانَنِۚ ۝

Adapun manusia, apabila Tuhan mengujinya lalu memuliakannya dan memberinya kenikmatan, berkatalah dia, “Tuhanku telah memuliakanku.” Sementara itu, apabila Dia mengujinya lalu membatasi rezekinya, berkatalah dia, “Tuhanku telah menghinaku.” (QS. Al-Fajr ayat 15–16)

 اِنَّ الۡاِنۡسَانَ خُلِقَ هَلُوۡعًا ۙ‏ (١٩) اِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوۡعًا ۙ‏ (٢٠) وَاِذَا مَسَّهُ الۡخَيۡرُ مَنُوۡعًا ۙ‏ (٢١)

Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh. Apabila dia ditimpa kesusahan dia berkeluh kesah. Dan apabila mendapat kebaikan (harta) dia jadi kikir. (QS. Al-Maarij ayat 19–21)

So after all, yang salah bukanlah dunia ini, tapi mindset kita yang salah dalam menyikapi segala hal yang terjadi di sekitar kita. Saatnya berpikir untuk bersikap dan meluruskan mindset. (Bangpai_21)

Posting Komentar untuk "Satu Kesalahan Menghapus Seribu Kebaikan"