Ujian Sakit Tanda Cinta Allah

Oleh: Andrean Nur Kholis
- Alumni Maqra Qoryatul Qur’an angkatan 1
- Alumni Ma’had Aly Qoryatul Qur’an angkatan 3

Sebagian kita mungkin tidak menyadari bahwa salah satu tanda cinta Allah ﷻ kepada hamba-Nya justru ditampakkan melalui ujian dan musibah, termasuk sakit. Dalam pandangan manusia, sakit adalah penderitaan. Namun dalam pandangan iman, sakit bisa menjadi bukti kasih sayang Allah ﷻ kepada hamba-Nya.

إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلَاءِ، وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ، فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا، وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السُّخْطُ (رواه الترمذي)

Sesungguhnya besarnya balasan tergantung besarnya ujian. Dan sesungguhnya apabila Allah mencintai suatu kaum, Dia akan menguji mereka. Barang siapa yang rida, maka baginya keridaan (Allah), dan barang siapa yang murka, maka baginya kemurkaan (Allah).” (HR. Tirmidzi)

Hadis ini menunjukkan bahwa ujian adalah bentuk cinta Allah ﷻ, bukan murka. Bahkan, semakin besar ujian itu, semakin besar pula pahala yang menanti hamba yang bersabar dan rida. Pertanyaan yang mungkin terbesit di pikiran kita, mengapa Allah menguji dengan sakit?

Ujian sakit
Ujian sakit adalah tanda cinta Allah pada hamba-Nya

Pertama, sebagai penghapus dosa. Sakit adalah bentuk rahmat karena ia menjadi penebus dosa, bahkan untuk dosa-dosa kecil yang mungkin tak kita sadari. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad ﷺ berikut ini:

مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ، وَلَا وَصَبٍ، وَلَا هَمٍّ، وَلَا حُزْنٍ، وَلَا أَذًى، وَلَا غَمٍّ، حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا، إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ (رواه البخاري ومسلم)

Tidaklah seorang Muslim tertimpa kelelahan, sakit, kegelisahan, kesedihan, gangguan, dan kesusahan, bahkan duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapus sebagian dari kesalahannya karenanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kedua, sebagai bentuk pendidikan jiwa. Dengan sakit, Allah ﷻ mendidik kita untuk bersabar dan berserah diri, mengajari agar tidak terlalu cinta pada dunia, dan kembali mengingat-Nya dengan lebih khusyuk. 

Ketiga, sebagai peringatan agar tidak lalai. Sakit bisa menjadi peringatan agar kita tidak terbuai oleh kenikmatan dunia, dan menjadi lebih menghargai nikmat sehat yang sering kita abaikan. Bukankah ketika sakit kita baru menyadari betapa besar nikmat sehat itu?

Lalu, bagaimana sikap seorang mukmin ketika sakit? Hendaklah kita bersabar, karena sabar adalah separuh iman. Ridalah dengan apa yang kita alami, karena rida terhadap takdir Allah ﷻ menunjukkan kedekatan hati kepada-Nya.

Kemudian kita sebagai umat Islam harus selalu husnuzan, senantiasa berprasangka baik kepada Allah ﷻ, bahwa dalam setiap sakit pasti ada hikmah. Setiap ketentuannya adalah kebaikan bagi kita.

Jangan pernah merasa bahwa sakit adalah hukuman. Sakit tidak hanya dialami oleh kita, bahkan Rasulullah ﷺ dan para nabi pun diuji dengan sakit. Disebutkan bahwa ujian sakit kita tak seberapa dibanding para Nabi.

أَشَدُّ النَّاسِ بَلَاءً الْأَنْبِيَاءُ، ثُمَّ الصَّالِحُونَ، ثُمَّ الْأَمْثَلُ فَالْأَمْثَلُ (رواه البخاري)

Orang yang paling berat ujiannya adalah para nabi, kemudian orang-orang saleh, kemudian yang semisal mereka dan seterusnya.” (HR. Bukhari)

Maka kita harus yakin bahwa ujian hari ini adalah bukti perhatian Allah ﷻ, yang ingin membersihkan jiwa dan mengangkat derajat kita. Tak perlu mengeluh, jalani dengan sabar, sembari berikhtiar mendapatkan kesembuhan. Semoga kita kelak berjumpa di surga-Nya. (andrean_nk)

Posting Komentar untuk "Ujian Sakit Tanda Cinta Allah"