Ustaz Ngatemin: Tingkatkan Kebaikan dengan Muhasabah Diri Setelah Ramadan Pergi

Setelah Ramadan usai, setan segera beraksi mengembalikan sifat buruk manusia yang biasa dilakukan sebelum puasa, padahal selama sebulan sifat itu sudah berusaha diperbaiki. Sehingga banyak yang tidak menyadari hal ini terjadi pada sebagian besar kita.

Kebiasaan kita, lebaran dimanfaatkan untuk saling memaafkan. Namun, berapa lama itu bertahan, sampai akhirnya kita kembali melakukan kesalahan yang sama dan berulang-ulang. Sedemikian mudah kita berbuat salah.

Di tengah masyarakat, banyak hajatan pernikahan digelar di bulan Syawal. Hati-hatilah saat bersama-sama membantu hajatan, banyak dari kita terjebak pada kebiasaan buruk yakni bergosip dan membicarakan keburukan orang lain.

Ustaz Ngatemin
Muhasabah pasca Ramadan bersama Ustaz Ngatemin

Sebagai muslim, marilah kita senantiasa muhasabah diri. Terlebih saat ini kita berada pada akhir bulan Syawal, setelah sebelumnya kita ditinggal pergi bulan Ramadan yang penuh berkah dan ampunan Allah. Kita sudah memulai dengan saling memberi maaf pada sesama.

قَوْلٌ مَّعْرُوْفٌ وَّمَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مِّنْ صَدَقَةٍ يَّتْبَعُهَاۤ اَذًىۗوَاللّٰهُ غَنِىٌّ حَلِيْمٌ

Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.” (QS. Al Baqarah : 263)

Muhasabah pertama, mari kita menjaga lisan. Wudu mengajari kita agar senantiasa berkumur, membersihkan lisan kita dari ucapan yang tidak baik dan menyakiti orang lain. Bahkan, surga merindukan hamba Allah yang mampu menjaga lisan.

مَن يَضْمَنْ لِي مَا بَيْنَ لَحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَ

Barang siapa yang dapat menjamin untukku apa yang ada antara dua rahangnya (lisannya) dan antara dua kakinya (kemaluannya), maka aku jamin untuknya surga.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Muhasabah kedua, mari kita mencintai orang lain seperti kita mencintai diri sendiri. Kita belum termasuk orang beriman ketika belum memiliki rasa cinta pada sesama sebagaimana cinta kita pada diri sendiri.

Ketika kita merasa sakit hati kalau ada yang memarahi kita, maka jangan pernah marah pada orang lain karena itu bisa menyakitinya. Jadi kita koreksi, apakah kita sudah bisa merasakan kepekaan seperti ini dalam hidup bermasyarakat?

 لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

Tidak sempurna iman salah seorang di antara kalian hingga ia mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Muhasabah ketiga, mari kita terus memperbaiki diri. Jangan terus mengulangi kesalahan kita, berusaha untuk tidak lagi melakukannya. Orang yang senantiasa memperbaiki diri maka ia akan menjadi mukmin yang sejati.

اِلَّا الَّذِيْنَ تَابُوْا وَاَصْلَحُوْا وَاعْتَصَمُوْا بِاللّٰهِ وَاَخْلَصُوْا دِيْنَهُمْ لِلّٰهِ فَاُولٰۤٮِٕكَ مَعَ الْمُؤْمِنِيْنَۗوَسَوْفَ يُـؤْتِ اللّٰهُ الْمُؤْمِنِيْنَ اَجْرًا عَظِيْمًا

Kecuali orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar.” (QS. An Nisa' : 146)

Muhasabah keempat, mari terus berusaha ikhlas. Kita lakukan kewajiban dengan tulus. Keikhlasan ini akan memantik kita terus menambah kebaikan dan amal saleh. Kelak, Allah akan memasukkan kita pada golongan beriman berpahala besar.

Semoga kita bisa terus muhasabah diri, mempertahankan hal baik yang sudah dibiasakan saat Ramadan. Terus berusaha baik pada sesama sehingga kita bisa menjadi mukmin yang baik di sisi Allah.

Resume kajian Ahad pagi pada tanggal 27 April 2025, di Masjid Widad El Fayez, PPTQ Qoryatul Qur’an komplek Asem Legi, Gabeng, yang disampaikan oleh Ustaz H. Ngatemin, M.Ag. dari Gunungkidul.

Posting Komentar untuk "Ustaz Ngatemin: Tingkatkan Kebaikan dengan Muhasabah Diri Setelah Ramadan Pergi"