Kamis pagi, 6 Februari 2025. PPTQ Qoryatul Qur’an menggelar majelis pamitan umrah untuk tiga pasang ustaz-ustazah yang akan berangkat ke tanah suci pada 10 Februari 2025 yang akan datang, yakni Ustaz Setyadi Prihatno, S.Sos., M.P.I sekalian, Ustaz Susanto sekalian, dan Abah Istanto sekalian.
Majelis dipandu Ustaz Luthfi Zubaidi, Lc., M.H.I yang bertindak sebagai pembawa acara. Tilawah Qur’an sebagai pembukaan oleh Ustaz Syamsani, yang melantunkan Qur’an Surat At Tahrim ayat 10-12. Semoga menambah keberkahan pada acara pagi hari ini.
Ustaz Susanto mewakili mengucapkan selamat datang pada seluruh hadirin: jajaran direktorat, wadiriyah, segenap asatiz dan SDM, serta para santri-mahasantri PPTQ Qoryatul Qur’an dari segenap komplek.
![]() |
Ustaz Susanto mewakili pamitan umrah |
Selain mengucapkan selamat datang, Ustaz Susanto juga berkenan mewakili pamitan keberangkatan umrah. “Kami mohon maaf atas perilaku atau tindakan yang salah selama berinteraksi, mohon diikhlaskan dan dimaafkan. Mohon doa agar keberangkatan sampai pulang diberikan kesehatan, diberikan umrah yang makbul.”
Beliau mengajak bersyukur atas nikmat yang Allah berikan. Setiap manusia diberi nikmat, tapi tak semua yang diberi nikmat itu bisa merasakan itu sebagai nikmat. Berbahagialah untuk nikmat kebersamaan di PPTQ Qoryatul Qur’an ini, yang kita berharap akan berlanjut sampai ke surga.
Selanjutnya, Abah Istanto berkenan menyampaikan prakata pada majelis pagi ini. Beliau mengaku terinspirasi Ustaz Aris Munandar yang pernah menganjurkan loncatan amal ketika sudah memasuki 40 tahun, terutama untuk ziarah ke tanah suci.
“Salat di Masjidil Haram memiliki keutamaan yang luar biasa. Satu rakaat salat di Masjidil Haram bernilai 100.000 rakaat dibandingkan dengan salat di masjid lainnya. Inilah salah satu loncatan amal yang bisa kita kejar,” ungkap Abah Istanto.
Pada kesempatan ini, Abah Istanto berpesan agar pesantren kita ini harus menjadi besar dan santrinya dididik jihad fisabilillah. Beliau menekankan agar menghindari maksiat, baik oleh santri maupun asatizah. Maksiat itu menjadikan kita lalai dalam beribadah dan kehidupan akhirat.
Selanjutnya Direktur Umum PPTQ Qoryatul Qur’an Ustaz Setyadi Prihatno, S.Sos., M.P.I berkenan menyampaikan pesan dan nasihat kepada seluruh keluarga besar pesantren yang akan ditinggalkan ke tanah suci.
Beliau mengawali dengan ucapan terima kasih pada panitia acara pagi ini, yang memberikan fasilitas kesempatan untuk pamitan umrah. Sebelum berangkat, beliau meminta maaf atas segala kesalahan yang pernah dilakukan, agar diikhlaskan.
Pak Direktur mengingatkan lagi agar santri terus menjaga adab sebelum ilmu. Beliau tekankan lagi bahwa adab di pesantren ini lebih utama daripada ilmu. Orang berilmu tinggi tidak akan ada artinya saat tidak ada adab pada dirinya.
Ustaz Setyadi mengaku sering kali memarahi para santri, tujuannya adalah untuk kebaikan para santri itu sendiri. “Kalau ada hal buruk pada kalian saya diamkan, maka keburukan itu akan menjadi kebiasaan yang membentuk pribadi yang buruk,” kata beliau.
“Ketika gurumu marah, menasihati, menyindirmu, itu adalah untuk kebaikanmu, tidak untuk yang lain. Dalam rangka iqamatuddin. Dalam rangka membentuk kalian menjadi generasi terbaik, generasi-generasi pembebas Al Aqsha.”
Ustaz Setyadi juga menanggapi pamitan dari Abah Istanto yang tadi sempat menangis. Menurut beliau, air mata yang jatuh adalah kejujuran hati, mencerminkan perasaan tulus yang tak bisa disembunyikan. Baik karena sedih, bahagia, atau haru, ia mengalir sebagai ungkapan yang lebih jujur dari kata-kata.
Pesan Ustaz Setyadi, bahwa pesantren ini didirikan untuk meraih rida Allah. Menjadikan Islam rahmat untuk semesta alam. Maka dari pesantren ini harus lahir generasi terbaik, yang mencintai Allah dan dicintai Allah. Generasi seperti para sahabat, muhajirin dan anshar.
Terkhusus kepada para santriwati, Ustaz Setyadi berpesan bahwa para calon ibu ini adalah kunci utama dalam membentuk generasi terbaik. Istri yang baik akan mampu mendidik anak meskipun suaminya buruk. Apalagi kalau suaminya baik, maka akan lebih mampu melahirkan generasi terbaik.
Namun, ketika istri yang buruk, maka tak mungkin bisa melahirkan generasi terbaik, meskipun memiliki suami yang baik. Madrasah pertama bagi anak adalah ibunya, itulah yang beliau tekankan. Maka jadilah muslimah hebat, yang tangguh, karena dari ibu tangguh akan lahir pejuang tangguh.
Akhirnya, Ustaz Setyadi berpesan agar segenap direktorat untuk tetap solid untuk menjaga pesantren dan para santri. Sebagai penutup majelis, doa untuk kebaikan dan keberkahan bersama dipimpin oleh Ustaz Salman Al Farisi. Semoga perjalanan umrah para asatiz sekalian mendapat keberkahan dari Allah, aamiin.
Mewakili tanggapan atas pamitan umrah ini disampaikan oleh Wadir Dakwah PPTQ Qoryatul Qur’an, Ustaz Bambang Wahyudi, S.E. Semoga Allah bekalkan ketakwaan pada perjalanan umrah ini, senantiasa diberi kemudahan, dan menjadi umrah yang makbul.
Posting Komentar untuk "Majelis Pamitan Umrah Keberangkatan 3 Pasang Ustaz-Ustazah PPTQ Qoryatul Qur’an ke Tanah Suci"