Ustazah Zainab Namih: Pesantren Hendaknya Merangkul Santri yang Bermasalah, Bukan Buru-Buru Mengeluarkannya

Ustazah Dr. Zainab Namih, M.Pd seorang dosen Universitas Indonesia dan Konsultan Psikologi Islam yang tinggal di Cilangkap, Tapos, Depok, dalam rangka safari dakwah di Kota Klaten dan sekitarnya berkenan mengagendakan PPTQ Qoryatul Qur’an untuk tempat berbagi ilmu, pada hari Senin, 6 November 2023.

Usai mengisi Kajian Parenting di Masjid Widad El Fayez, PPTQ Qoryatul Qur’an komplek Asemlegi Gabeng dan Kajian Pengasuhan untuk santri di pendapa utama komplek Pucung, Ustazah Zaenab dan suami serta anak yang turut hadir berkenan bermajelis bersama direktorat dan asatiz senior di aula komplek Asemlegi Gabeng.

“Kalau diajak sharing, sebenarnya saya malu. Pertama, karena saya sendiri belum pernah mendirikan pondok pesantren. Yang kedua, saya merasa, saya sendiri pun masih dalam proses belajar untuk mendapatkan sebuah rumusan yang ideal menurut kacamata Islam,” kata Ustazah Zainab Namih.

Ustazah kemudian mengatakan hanya lebih banyak mengamati dari proses pembelajaran yang pernah diterima oleh anak-anak beliau. “Anak pertama, kedua, sampai ketiga, dari SMP hingga SMA, mereka di pesantren. Kemudian baru setelah itu mereka memilih bidang yang mereka minati.”

Sharing pesantren
Ustazah Zainab Namih sharing tentang pendidikan pesantren

Kalau mau flashback melihat prosesnya, terlebih kalau di Depok, beliau beberapa kali diminta untuk membina berkaitan dengan proses sistem pembelajaran di pesantren karena bermunculan banyak kasus. Jadi berlatar belakang karena banyak kasus.

“Saya melihat, pesantren yang ada, khususnya di wilayah Jawa Barat yang saya amati, kayak di Depok, Bogor, dan Tasik. Hampir semua ustaz-ustazah itu kurang bersahabat ketika menghadapi santri yang bermasalah,” ungkap beliau.

Sehingga mereka dengan terburu-buru, ketika ada seorang santri yang bermasalah itu segera mengeluarkan, tidak mencoba untuk dirangkul tidak mencoba untuk digali, kenapa santri ini bisa bermasalah.

“Saya merasakan, dan ketika saya mencoba melakukan sebuah riset, yang melibatkan kurang-lebih 30 pesantren, dari beberapa kota yang saya random, teman-teman ustaz-ustazah itu ketika mendapati persoalan pada setiap santri, mereka buru-buru maunya mengeluarkan santri itu.”

Dari pengamatan Ustazah Zainab, kebanyakan pesantren selalu berpikir bahwa hasil itu harus didapatkan 3 tahun setelah lulus. Hasil itu harus terlihat baik sehingga mempunyai nilai jual tinggi buat pesantren itu sendiri di mata masyarakat secara umum. “Itu yang saya ambil sebagai sebuah benang merahnya,” kata beliau.

Apa yang disampaikan Ustazah Zainab Namih sangat perlu untuk direnungkan bersama. Pendidikan yang benar-benar berhasil tidaklah diukur dengan meninggikan nilai jual pesantren di mata masyarakat, namun bagaimana bisa merangkul santri agar bisa berproses menjadi baik terus-menerus.

Posting Komentar untuk "Ustazah Zainab Namih: Pesantren Hendaknya Merangkul Santri yang Bermasalah, Bukan Buru-Buru Mengeluarkannya"