PPTQ Qoryatul Qur’an menerima kunjungan studi tiru dari Yayasan Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Ulya, Kalijambe, Sragen. Acara berlangsung pada Sabtu, 30 Agustus 2025, pukul 09.30 WIB, bertempat di meeting room lantai 2 Komplek 06 Asemlegi.
Rombongan tamu disambut langsung oleh Direktur Umum PPTQ Qoryatul Qur’an, Ustaz Setyadi Prihatno, S.Sos., M.P.I., beserta jajaran direktorat. Tujuan dari kunjungan ini adalah menjalin silaturahmi sekaligus melakukan studi tiru terkait pengelolaan pesantren.
![]() |
Studi tiru dari PP Miftahul Huda Al-Ulya Sragen |
Ketua Yayasan PP Miftahul Huda Al-Ulya, Ustaz Kholil, S.E., mewakili para tamu, menyampaikan rasa terima kasih atas sambutan hangat yang diberikan. Beliau menuturkan bahwa kunjungan ini dilaksanakan atas rekomendasi dari Ustaz Mulyanto Abdullah Khoir yang sering bersilaturahmi ke PPTQ Qoryatul Qur’an.
“Kami tertarik bagaimana PPTQ Qoryatul Qur’an mampu mengelola lembaga secara terpusat meskipun memiliki banyak komplek,” ujar Ustaz Kholil.
![]() |
Ustaz Kholil menyampaikan maksud kedatangan |
Beliau juga mengenalkan sekilas sejarah berdirinya PP Miftahul Huda Al-Ulya Sragen. Pesantren ini berdiri sejak 2013, bermula dari desakan masyarakat untuk mendirikan lembaga pendidikan berbasis pesantren. Unit pertama yang dibuka adalah SMA, dan saat ini sedang merintis pengembangan ke unit PAUD.
Melalui kunjungan studi tiru ini, pihak Yayasan Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Ulya Sragen berharap dapat memperoleh inspirasi dan pembelajaran berharga untuk pengembangan pengelolaan pesantren di Sragen.
Direktur Umum PPTQ Qoryatul Qur’an, Ustaz Setyadi Prihatno, S.Sos., M.P.I., menyambut baik kunjungan studi tiru ini. Merasa terhormat dapat menjadi tempat tujuan studi tiru. Silaturahmi ini diharapkan bisa membawa manfaat dan menjadi wasilah kebaikan dalam pengembangan pesantren.
![]() |
Ustaz Setyadi memaparkan dasar manajemen QQ |
Pada kesempatan ini, Ustaz Setyadi mempresentasikan tentang dasar manajemen PPTQ Qoryatul Qur’an. Beliau awali dengan menekankan pentingnya memulai pendirian sebuah lembaga pendidikan dengan landasan yang benar. Banyak pihak kebingungan setelah telanjur membuat bangunan fisik lembaga, tapi belum memiliki arah yang jelas.
Basic management di QQ berakar pada visi dengan pendekatan “filosofi memasak”. Kita harus tahu dulu apa yang akan dimasak sebelum membeli bahan dan alat-alatnya. Prinsipnya adalah start from the end, memulai dari tujuan akhir. Target dari proses ini adalah lahirnya kader ulama yang amilin fisabilillah.
Setelah tujuan ditentukan, baru kemudian ditetapkan siapa “tukang masaknya” (guru dan SDM), “resep masaknya” (kurikulum dan program), “alat masaknya” (sarana-prasarana), dan “dapur masaknya” (lembaga itu sendiri). Lebih lanjut, beliau memaparkan skema kaderisasi di Qoryatul Qur’an, meliputi tujuan akhir, tujuan strategis, dan operasional.
Untuk memulai sebuah langkah, dibutuhkan keberanian nekat layaknya semangat bonek. Semboyannya jelas: “Cobalah meskipun kemungkinan gagal sudah terlihat. Tanamlah meski besok kiamat akan tiba.” Semangat berani memulai ini penting, sebab terlalu banyak pertimbangan justru membuat kita enggan bergerak.
Kegagalan yang sesungguhnya bukanlah ketika gagal setelah mencoba, melainkan ketika tidak berani mencoba sama sekali. Karena itu, mulailah dari apa yang ada, dari hal kecil, dari diri sendiri, dan lakukan sekarang juga.
Setelah itu, kunci berikutnya adalah membangun kerja sama tim. Meski latar belakang setiap anggota berbeda, semua harus memiliki tujuan yang sama. Bekerja sama itu berbeda dengan sekadar bekerja bersama; ada pembagian tugas yang jelas dan posisi SDM yang tepat. Dalam tim, setiap orang dituntut peka, tidak egois, dan tidak hanya mengandalkan orang lain. Fokuslah pada kesamaan, bukan perbedaan.
Pemimpin harus berdiri di depan, staf menjalankan instruksi, lembaga siap menanggung konsekuensi, sementara kerja sama dilakukan dengan ketulusan. Relasi dibangun agar saling memberi manfaat, bukan saling memanfaatkan. Kebersamaan pun perlu dipelihara lewat pertemuan rutin, ngopi, jajan, atau sekadar jalan bersama.
Di sisi lain, integritas dan pola pikir unggul harus ditanamkan. Bukan sekadar profesional, tapi bekerja dengan standar lebih tinggi, melampaui ekspektasi. Mentalitas pejuang sangat dibutuhkan: pantang menyerah sampai tujuan tercapai. Tidak ada yang hanya berfokus pada satu bidang; double job menjadi keniscayaan.
Menurut penuturan Ustaz Setyadi, di PPTQ Qoryatul Qur’an, tidak ada batasan jam kerja. Perjuangan dakwah menuntut kesiapan 24 jam penuh. Lembur dan pekerjaan dadakan adalah hal biasa. Kontribusi harus total, dengan loyalitas penuh, menempatkan kepentingan lembaga di atas pribadi maupun keluarga.
Puncak dari manajemen adalah manajemen Islami, atau celestial management (manajemen langit). Di dalamnya, niat harus lurus (ikhlas), tujuan benar (rida Allah Swt.), dan cara tepat (meneladani Rasulullah Saw.).
Keberkahan harus diutamakan, demikian pula adab dan sikap wara. Menjauhi maksiat, baik terang-terangan maupun tersembunyi, adalah prinsip utama. Sebab tidak semua persoalan bisa diselesaikan dengan teknis semata; doa adalah bentuk ikhtiar terbaik.
Dengan pandangan hidup Islami (Islamic worldview), prinsipnya sederhana: kerjakan yang dianggap baik oleh Islam, tinggalkan yang dianggap buruk.
Lebih lanjut, Ustaz Setyadi juga menguraikan akar masalah yang sering muncul di lembaga pendidikan Islam. Pertama, masalah iman dan amal saleh. Solusinya dengan menghentikan maksiat, mendakwahi, memberikan teladan, serta mendoakan.
Kedua, masalah pola pikir. Ini harus diperbaiki dengan re-mindset ke arah visi dan nilai yang benar melalui pengulangan filosofi, cita-cita, serta visi lembaga. Ketiga, masalah kompetensi. Jalan keluarnya adalah peningkatan kapasitas melalui training, coaching, mentoring, hingga travelling.
Semua solusi tersebut tetap harus dibingkai dalam manajemen langit: niat yang ikhlas, tujuan yang benar, dan cara yang sesuai dengan sunnah Rasulullah. Dengan landasan ini, harapannya setiap persoalan yang dihadapi akan menemukan jalan keluar.
Posting Komentar untuk "PPTQ Qoryatul Qur’an Terima Kunjungan Studi Tiru dari Yayasan PP Miftahul Huda Al-Ulya Sragen"