Dalam rangka memperluas wawasan dan memperdalam pemahaman tentang pembelajaran berbasis alam, tim guru MITQ Qoryatul Qur’an Program INeS (Islamic Nature School) mengadakan kegiatan study tour ke dua sekolah alam ternama, yaitu Sekolah Alam Soloraya (Selasar) Juwiring dan Sekolah Alam Bengawan Solo (SABS) Juwiring. Kegiatan ini berlangsung pada Rabu, 20 Agustus 2025, sejak pukul 07.00 hingga 15.00 WIB.
Rombongan guru yang mengikuti kegiatan ini di antaranya adalah Ustaz Agus Tansyah, Ustaz Munadif, Ustaz Ikhsan, Ustaz Wafa, Ustaz Heksa, Ustazah Hanifah, dan Ustazah Bella. Tim guru INeS ini berangkat dengan semangat belajar bersama untuk menggali inspirasi baru dalam dunia pendidikan, khususnya yang berorientasi pada pembelajaran berbasis alam.
Tujuan kegiatan study tour ini antara lain untuk memperluas wawasan guru terkait model pembelajaran berbasis alam, meningkatkan keterampilan mengajar yang kreatif, dan memperdalam pemahaman mengenai isu-isu lingkungan. Selain itu, kegiatan ini diharapkan mampu membuka peluang bagi guru untuk mengembangkan strategi pembelajaran yang lebih inovatif, berkelanjutan, dan sesuai dengan kebutuhan zaman.
![]() |
Bersama pengurus Selasar |
Kunjungan pertama dilakukan ke Sekolah Alam Selasar. Rombongan guru INeS MITQ Qoryatul Qur’an diterima hangat oleh Bapak Jefri yang didampingi oleh Ibu Nurul dan Ibu Sari. Mereka memaparkan berbagai program dan kegiatan keseharian yang ada di Sekolah Alam Selasar.
Sekolah alam di Selasar mengusung tiga tema besar, yakni Manusia, Lingkungan, dan Indonesia. Tema ini menjadi fondasi utama dalam setiap pembelajaran yang dikembangkan. Salah satu hal menarik yang beliau sampaikan adalah konsep belajar di usia 12 tahun. Anak-anak datang ke sekolah bukan semata-mata untuk menghadapi ujian atau ulangan, melainkan karena adanya kebutuhan untuk benar-benar belajar dan tumbuh.
![]() |
Belajar tentang sekolah alam pada ahlinya |
Selain itu, Sekolah Alam Selasar juga menekankan pentingnya peran orang tua dalam mendidik anak. Menurut Bapak Jefri, pendidikan anak tidak sepenuhnya berada di tangan guru. Justru orang tua memiliki porsi tanggung jawab yang lebih besar, yakni 60%, sementara guru berperan sebesar 40%. Pandangan ini sejalan dengan ungkapan Arab: “Seorang ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya.”
Di sekolah ini, membaca dan menulis dianggap sebagai fitrah anak-anak. Setiap hari mereka diajak membuat jurnal. Bagi anak-anak yang belum bisa menulis, mereka menggambarkan apa saja yang dilakukan pada hari itu. Pendekatan ini bertujuan agar anak tetap bisa mengekspresikan dirinya dengan cara yang menyenangkan.
Lebih lanjut, Sekolah Alam Selasar juga memiliki program pra magang untuk santri kelas 4 hingga kelas 6. Program ini memberi kesempatan anak untuk mengenal dunia kerja sejak dini, baik di lingkungan keluarga maupun masyarakat sekitar. Fase pra magang lebih ditekankan pada pengenalan, sementara di jenjang lebih tinggi anak-anak akan mendapatkan pengalaman magang yang lebih serius.
Sebelum menutup pemaparan, Bapak Jefri menekankan pentingnya memahamkan orang tua terkait program-program yang ada di sekolah alam. Menurut beliau, tanpa komunikasi yang jelas, orang tua bisa salah paham terhadap sistem pendidikan yang diterapkan.
Setelah dari Selasar, rombongan melanjutkan perjalanan menuju Sekolah Alam Bengawan Solo. Di tempat ini, para guru MITQ Qoryatul Qur’an disuguhi berbagai inovasi yang telah dikembangkan oleh sekolah yang memiliki misi besar mengembalikan dan mengoptimalkan alam sekitar sebagai media belajar. Setiap sudut lingkungan dijadikan sebagai sarana pembelajaran yang hidup, sehingga anak-anak dapat belajar langsung dari pengalaman nyata.
![]() |
Berada di Sekolah Alam Bengawan Solo |
Adapun visi yang diusung sekolah ini juga sangat mulia, yaitu menumbuhkan generasi yang beriman, mandiri, dan cinta lingkungan. Dengan visi tersebut, diharapkan anak-anak tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki kepekaan sosial serta kepedulian tinggi terhadap kelestarian alam.
Melalui kegiatan study tour ini, para guru MITQ Qoryatul Qur’an Program INeS mendapatkan banyak inspirasi baru. Pengalaman langsung yang diperoleh di dua sekolah alam tersebut diharapkan bisa menjadi bekal berharga dalam mengembangkan model pembelajaran di Qoryatul Qur’an, khususnya yang berbasis pada alam dan lingkungan.
Dengan demikian, guru tidak hanya berperan sebagai penyampai ilmu, tetapi juga sebagai fasilitator yang mampu menumbuhkan rasa ingin tahu, kemandirian, dan kepedulian lingkungan pada diri santri.
Kontributor: Ustazah Bella
Posting Komentar untuk "Tim Guru MITQ Qoryatul Qur’an Program INeS Gelar Studi Tour ke Sekolah Alam Soloraya dan Sekolah Alam Bengawan Solo"