Arahan Direktur Umum PPTQ Qoryatul Qur’an: Evaluasi dan Introspeksi Permasalahan Pesantren serta Penyelesaiannya

Orang yang sukses itu adalah orang yang bisa membangun rumahnya dari batu bata yang dilemparkan oleh orang kepada kita. Serangan yang menuju ke kita untuk melemahkan dan menghancurkan agar menyerah dan berhenti tanpa bangkit kembali.

Maka, kita yang membangun kesuksesan dari cacian adalah suatu yang luar biasa. Tantangan dan masalah yang muncul sebenarnya adalah batu bata yang dilemparkan pada kita, yang dengannya justru mampu dijadikan susunan dinding sehingga menjadi rumah.

Dirum QQ
Ustaz Setyadi menyampaikan nasihat dan arahan kepada segenap SDM PPTQ Qoryatul Qur'an

Apa yang membuat kita sakit tapi tidak membuat kita mati, maka ia akan menguatkan kita. Kalau kita tidak pernah sakit maka kita tak akan pernah kuat. Jangan sampai rasa sakit membuat kita menyerah. Kalau sampai itu terjadi maka kita tak akan bisa maju.

Ingatlah bahwa tidak semua keinginan kita akan terpenuhi. Hidup akan selalu dikelilingi masalah. Bahkan dalam keluarga kita, akan selalu ada masalah. Maka, dari masalah yang ada itulah kita harusnya bisa makin maju ke depan.

Antara Kasus dan Masalah

Seringkali terjadi ada kasus kita alami. Kasus itu berulang terus. Mengapa bisa terjadi? Itu karena kita hanya fokus mengatasi kasus demi kasus. Seharusnya yang kita atasi adalah masalahnya. Maka kasus tak akan lagi terjadi.

Ambil contoh, kita pernah beli satu alat, ketika kita butuh ternyata tidak ada. Kita selesaikan dengan beli atau pinjam alat ke tetangga. Ini adalah kasus. Kemudian terjadi lagi, kita butuh alat lainnya, ternyata tak ada juga. Ini kasus lagi, tapi seperti berulang.

Contoh lagi, ada santri berkelahi, kita selesaikan kasusnya. Lain waktu ada lagi kasus berkelahi, terus diselesaikan. Namun, yang kita selesaikan adalah kasus yang berulang. Maka, perlu kita cari masalah yang melatarbelakangi, sehingga bisa diselesaikan tanpa muncul kasus serupa lagi.

Kita analisa, kasus berulang itu ternyata masalahnya sama, yakni kita tidak menaruh alat pada tempat seharusnya sehingga hilang saat dibutuhkan. Maka, jangan fokus menyelesaikan kasusnya, tapi selesaikan masalahnya. Caranya: menempatkan alat pada tempatnya setelah menggunakan, agar saat butuh bisa langsung ambil.

Analisis SWOT dan RCA

Ini adalah metode analisis yang telah teruji kita lakukan di pesantren ini. Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) dan Analisis Akar Penyebab (Root Cause Analysis/RCA) adalah dua metode analisis yang berbeda namun bisa saling melengkapi.

SWOT digunakan untuk menganalisis situasi internal dan eksternal organisasi, sedangkan RCA digunakan untuk mengidentifikasi akar penyebab masalah.

Evaluasi menghasilkan sebuah kenyataan yang terlihat. Realita yang bisa dipantau. Ada masalah sebagai tantangan, dan ada kekuatan berupa dukungan-dukungan. Kita akan bisa memulai mengatasi masalah yang ada setelah melakukan evaluasi.

Banyak kasus yang terlihat dari evaluasi, misalnya: gagal target, konflik internal, minim kerja sama, hubungan yang buruk, masalah komunikasi, rendah motivasi dan produktivitas, dan lain-lain.

Dari catatan evaluasi ini kita masuk pada introspeksi. Kalau evaluasi melihat banyak faktor luar, maka introspeksi fokus pada diri sendiri bukan menyalahkan orang lain. Identifikasi masalah ditemukan: rendah usaha, totalitas, dan loyalitas.

Analisis Akar Penyebab (Root Cause Analysis/RCA) dari masalah dan kasus yang banyak itu ternyata adalah: iman yang lemah, mindset/pola pikir yang salah, dan kompetensi yang rendah. Mana akar masalah yang ada pada diri kita? Jangan-jangan ketiganya menimpa kita!

Mengatasi Kasus dan Masalah

Kasus terpantau di PPTQ Qoryatul Qur’an: (-) Penurunan minat peserta didik untuk lanjut studi, (-) Keluhan dan komplain mencakup aspek pengajaran, pengasuhan, sarpras, dan pelayanan, (-) Standar proses untuk mencapai standar output guna memenuhi syarat menuju visi masih jauh dari harapan.

(-) Minimnya pemahaman terhadap filosofi dan visi lembaga, (-) SDM rendah kualitas dan terlibat konflik serta minim effort, totalitas, dan loyalitas, (-) Kesalahan membaca potensi SDM sehingga tidak tepat dalam penempatan dan besaran ekspektasi, dan (-) Pesan instruksi tidak sampai kepada penerima, ada missing link, message not send.

Untuk masalah kompetensi, bisa diatasi dengan upgrading melalui training, coaching, mentoring, dan travelling. Masalah mindset (pola pikir) yang salah, atasi dengan melakukan re-mindset ke arah yang benar. Ulangi penyampaian filosofi, asa, cita-cita, nilai-nilai, dan visi.

Untuk masalah iman atasi dengan amal saleh. Lakukan dengan stop maksiat, perlu didakwahi, dicontohi, dan didoakan. Semua solusi dari akar penyebab masalah itu harus dijiwai dengan manajemen langit: benar niatnya (ikhlas), benar tujuannya (rida-Nya), dan benar caranya (ittiba Rasulullah). Dengan begitu maka masalah yang muncul bisa teratasi.

Disampaikan oleh Direktur Umum PPTQ Qoryatul Qur’an, Ustaz Setyadi Prihatno, S.Sos., M.P.I., pasca Pembacaan Surat Keputusan Penetapan Penempatan SDM PPTQ Qoryatul Qur’an Tahun 2025, di Komplek 02 Pucung pada Kamis, 10 Juli 2025

Posting Komentar untuk "Arahan Direktur Umum PPTQ Qoryatul Qur’an: Evaluasi dan Introspeksi Permasalahan Pesantren serta Penyelesaiannya"