PPTQ Qoryatul Qur’an menerima kunjungan silaturahmi dari dua lembaga pesantren, yakni PPTQ Darus Salam Mojogedang Karanganyar dan Ponpes Mutiara Qur’an Wonogiri. Tepatnya pada Selasa, 10 Juni 2025 pukul 09.00 WIB, diterima di ruang kantor lantai 2 Komplek 06 Asemlegi, Gabeng.
Rombongan tamu dari PPTQ Darus Salam dipimpin langsung oleh Ustaz Abu Dzar selalu Mudir, didampingi oleh Ustaz Panji Kusumo, Ustaz Syafi’i, Ustaz Dani, Ustaz Hafizh, dan Ustaz Anshor. Sementara itu, dari Ponpes Mutiara Qur’an hadir Ustaz Hakim, Ustaz Nur Rohman, dan Ustaz Ahmad.
Rombongan disambut hangat oleh Direktur Umum PPTQ Qoryatul Qur’an, Ustaz Setyadi Prihatno, S.Sos., M.P.I., bersama para asatiz direktorat: Ustaz Hartanto, S.Pd.I., Ustaz Bambang Wahyudi, S.E., Ustaz Agus Umar Ar-Rifa’i, S.Pd.I., dan Ustaz Imam Yogo Susilo.
Maksud dan tujuan kunjungan ini adalah untuk menjalin silaturahmi sekaligus menggali pengalaman dan pelajaran berharga dari PPTQ Qoryatul Qur’an, dengan harapan ilmu dan pengalaman tersebut dapat ditransformasikan dalam pengelolaan pesantren masing-masing.
![]() |
Tamu dari PPTQ Darus Salam dan Ponpes Mutiara Qur'an |
Menanggapi maksud kedatangan para tamu, Direktur Umum PPTQ Qoryatul Qur’an, Ustaz Setyadi Prihatno, S.Sos., M.P.I. menekankan pentingnya memulai pendirian sebuah lembaga pendidikan dengan landasan yang benar.
Beliau menyayangkan banyak pihak kebingungan setelah telanjur membuat bangunan fisik lembaga, tapi belum memiliki arah yang jelas. Dalam kesempatan ini, Ustaz Setyadi menjelaskan dasar-dasar manajemen yang diterapkan di PPTQ Qoryatul Qur’an.
Basic management di QQ berakar pada visi dengan pendekatan “filosofi memasak”, memiliki semangat pantang menyerah seperti “bonek”, menjunjung sinergi, integritas, kerja total dan loyal, inovasi berkelanjutan (tidak stagnan seperti SPBU), serta landasan keislaman berupa keikhlasan dan ittiba kepada Rasulullah Saw.
Ustaz Setyadi mengibaratkan visi sebagai niat memasak: kita harus tahu dulu apa yang akan dimasak sebelum membeli bahan dan alat-alatnya. Prinsipnya adalah start from the end, memulai dari tujuan akhir. Target dari proses ini adalah lahirnya kader ulama yang amilin fisabilillah.
![]() |
Ustaz Setyadi menjelaskan dasar manajemen di QQ |
Setelah tujuan ditentukan, baru ditetapkan siapa “tukang masaknya” (guru dan SDM), “resep masaknya” (kurikulum dan program), “alat masaknya” (sarana-prasarana), dan “dapur masaknya” (lembaga itu sendiri).
Lebih lanjut, beliau memaparkan skema kaderisasi di Qoryatul Qur’an, meliputi tujuan akhir, tujuan strategis, hingga operasional, sebagai inspirasi bagi kedua lembaga yang berkunjung. Untuk memulai langkah nyata, perlu keberanian seperti bonek.
Ustaz Setyadi mengutip semboyan: “Cobalah meski engkau tahu itu akan gagal. Tanamlah meski nanti akan kiamat,” sebagai ajakan untuk berani bergerak meski belum sempurna. Kegagalan yang sesungguhnya adalah ketika seseorang tidak mencoba.
Direktur Umum PPTQ Qoryatul Qur’an mengajak untuk memulai dari apa yang dimiliki, dari diri sendiri, dari yang kecil, dan mulailah sekarang. Tidak perlu menunggu fasilitas lengkap untuk memulai program yang akan dikerjakan.
Selanjutnya, beliau menekankan pentingnya membangun sinergi dalam tim. Meski tiap personel memiliki latar belakang berbeda, semua harus berjalan menuju tujuan yang sama. “Bekerja sama, bukan sekadar sama-sama kerja,” ujar beliau.
Setiap anggota harus peka, tidak egois, dan tidak bergantung pada yang lain. Kepemimpinan harus aktif, staf menjalankan tugas, lembaga siap mendukung dengan tulus. Kebersamaan dibangun melalui kegiatan ringan seperti ngopi, jajan, atau dolan bareng.
Integritas dan mentalitas working excellence juga menjadi pilar utama. Kerja bukan sekadar profesional, melainkan melampaui standar, dengan semangat juang tanpa menyerah. Kalau sekadar profesional maka guru tahfizh tak akan peduli saat ada santri bermasalah, karena menganggap itu tugas guru kesantrian.
![]() |
Para tamu menyimak penyampaian Dirum PPTQ Qoryatul Qur'an |
Di PPTQ Qoryatul Qur’an tidak ada jam kerja baku karena dakwah adalah pengabdian sepanjang waktu. Diperlukan kesiapan untuk lembur, kerja mendadak, totalitas kontribusi, dan loyalitas penuh pada lembaga, bahkan melebihi kepentingan pribadi maupun keluarga.
Puncak dari manajemen ini adalah manajemen Islami—yang disebut celestial management. Dalam hal ini, niat harus lurus (ikhlas), tujuan harus benar (mencari rida Allah), dan cara harus sesuai tuntunan Rasulullah Saw.
Keberkahan, adab, dan wara menjadi standar utama. Menjauhi maksiat, baik yang tampak maupun tersembunyi, menjadi bagian dari etika kerja. Tak semua masalah dapat diselesaikan dengan pendekatan teknis; doa adalah ikhtiar terbaik, disertai keyakinan dan husnuzan kepada Allah Swt.
Dalam analisisnya, Ustaz Setyadi juga menyampaikan bahwa banyak masalah dalam lembaga pendidikan Islam berakar dari lemahnya iman dan amal saleh. Solusinya adalah menghentikan maksiat, memberi teladan, mendakwahkan, dan mendoakan.
Untuk masalah mindset, dibutuhkan perubahan pola pikir ke arah yang benar, dengan mengulang penguatan visi-misi, nilai, dan cita-cita. Adapun kendala kompetensi dapat diatasi dengan pelatihan, pendampingan, hingga studi banding.
Semua solusi ini, menurut beliau, harus dilandasi manajemen langit: ikhlas dalam niat, lurus dalam tujuan, dan benar dalam metode. Dengan pendekatan ini, maka setiap masalah dapat diatasi.
![]() |
Tamu diajak berkunjung ke beberapa komplek pesantren |
Posting Komentar untuk "PPTQ Qoryatul Qur’an Terima Kunjungan Silaturahmi dari PPTQ Darus Salam Mojogedang Karanganyar dan Ponpes Mutiara Qur’an Wonogiri"