Majelis Taklim Al Hikmah Solo dan PPTQ Anas bin Malik Cawas Bersilaturahmi ke PPTQ Qoryatul Qur’an

Selasa, 3 Juni 2025, sekira pukul 09.30 WIB, PPTQ Qoryatul Qur’an kedatangan tamu dari Majelis Taklim Al Hikmah Solo. Kunjungan silaturahmi ini diterima di Komplek 06 Asemlegi, Gabeng. Bersamaan juga datang tamu dari PPTQ Anas bin Malik Cawas.

Majelis digelar di kantor lantai dua, berkenan menyambut Direktur Umum PPTQ Qoryatul Qur’an, Ustaz Setyadi Prihatno, S.Sos., M.P.I. bersama jajaran direktorat dan ummahat. Acara dipandu oleh Ustaz Bambang Wahyudi, S.E. bertindak sebagai MC.

Setelah pertemuan dibuka dengan basmalah, Majelis Taklim Al Hikmah Solo diwakili oleh Ibu Siswati menyampaikan maksud kunjungan. Beliau mengenalkan bahwa Majelis Taklim Al Hikmah beranggotakan ibu-ibu rumah tangga yang sudah pensiun dan ingin mengisi waktu luang agar bermanfaat.

“Kami datang ke sini ingin melihat langsung QQ yang luas dan menginspirasi, serta ingin belajar langsung kepada Ustaz Setyadi yang mampu memimpin lembaga pesantren ini dengan sangat baik hingga terus maju berkembang,” ungkap beliau.

Majelis Al Hikmah Solo
Umahat Majelis Taklim Al Hikmah Solo sampaikan maksud kunjungan

Ibu Siswati meneruskan, “Kami sudah mengaji sekian lama, maka ke QQ ingi melihat, mendengar, dan akan melakukan aksi yang memungkinkan dengan adanya inspirasi dari QQ, bagi kami ibu-ibu rumah tangga yang menghidupkan Majelis Taklim Al Hikmah.”

Beliau menyampaikan keinginan Majelis Taklim Al Hikmah untuk mengadakan daurah ke PPTQ Qoryatul Qur’an, belajar agar bisa melakukan sesuatu yang nyata bagi lingkungan sekitar. “Biasanya daurah kami diikuti 100-an anggota,” kata beliau.

Ibu Siswati pagi ini datang bersama rekan perjuangan di Majelis Taklim Al Hikmah, yakni Ibu Lulu, Ibu Khusnul, Ibu Asih dan putrinya. Majelis Taklim Al Hikmah telah berjalan sejak 2017, melanjutkan binaan Ustaz Aris Munandar, Lc., Ketua DDII Jawa Tengah kala itu.

Sebelum pihak pesantren menanggapi maksud silaturahmi ini, para tamu diajak menyaksikan film dokumenter 13 tahun Qoryatul Qur’an “Dari Desa untuk Dunia”, sebagai gambaran awal tentang keberadaan pesantren ini di Kecamatan Weru.

Setelah itu, Direktur Umum PPTQ Qoryatul Qur’an, Ustaz Setyadi Prihatno, S.Sos., M.P.I. menyampaikan tanggapan atas maksud kedatangan dari para tamu. Beliau mengaku bahagia dan bersyukur atas silaturahmi ini.

Kedua lembaga yang bertamu ini, bagi Ustaz Setyadi bukan lagi orang lain. Pengelolanya adalah para pejuang yang telah beliau kenal lama,  menjadi bagian nostalgia masa berjuang sebelum mendirikan QQ.

“Kami selalu bahagia dengan datangnya para tamu ke pesantren ini. Bagi kami, ini adalah tanda keberkahan pondok ini, sehingga banyak yang berdatangan ke sini, bahkan para ulama tingkat dunia berkenan kemari,” kata beliau.

Sebelum lebih lanjut, Ustaz Amarudin Al Hafizh dari PPTQ Anas bin Malik Cawas yang datang sesaat setelah para ibu dari Majelis Taklim Al Hikmah Solo, berkenan menyampaikan maksud bertamu.

Ustaz Amar mengatakan bahwa pesantren yang beliau rintis baru berusia tiga tahun berdiri, ingin menyambung silaturahmi dan sinergi dakwah ke QQ. “Pondok kami masih bau kencur, mohon dibantu, diberi masukan dan saran, atau syukur bisa membantu memenuhi kuota santri,” kata beliau.

Ponpes Anas bin Malik
Tamu dari PPTQ Anas bin Malik menyampaikan maksud silaturahmi

Penyampaian Ustaz Amar disambung Ustaz Basuki yang datang bersama beliau dan beberapa pengurus PPTQ Anas bin Malik. Ustaz Basuki ingin menjalin ukhuwah dan kemitraan bersama QQ untuk kemajuan dakwah di Cawas. “Siswa kami sering mengikuti event yang diadakan QQ, yang mengundang lembaga sekitar,” ungkap beliau.

Menanggapi maksud kedatangan para tamu ini, Ustaz Setyadi menyebutkan bahwa kita harus benar dulu ketika mengawali mendirikan sebuah lembaga, baik itu pesantren atau majelis taklim. Banyak yang datang ke sini bingung saat mendirikan lembaga pendidikan, bahkan telah telanjur membuat bangunan tapi berakhir dengan kebingungan mau apa.

Ustaz Setyadi menyampaikan tentang basic management yang diterapkan di PPTQ Qoryatul Qur’an, yakni memiliki visi dengan “filosofi memasak”, bernyali seperti “bonek”, bersinergi, berintegritas working excellence total & loyal, inovasi berkelanjutan “bukan SPBU”, dan Islami, yakni ikhlas dan ittiba.

Filosofi memasak QQ
Ustaz Setyadi menyampaikan tentang manajemen dasar di QQ

Bervisi artinya mempunyai tujuan. Filosofinya seperti ketika kita mau memasak. Tentukan dulu mau masak apa. Jangan sampai belum jelas mau masak apa, tapi kita telanjur membeli bahan dan perlengkapannya. Start from the end, mulai dari akhirnya.

Contoh hasil masakan yang ditentukan adalah “Kader Ulama Amilin Fisabilillah”, ini adalah target lulusannya. Barulah kita tentukan tukang masaknya yakni para guru dan SDM yang diperlukan. Resep masakannya adalah kurikulum atau program. Alat masaknya adalah fasilitas belajar atau sarpras. Dapurnya adalah lembaga atau tempat belajarnya.

Ustaz Setyadi kemudian memaparkan skema kaderisasi yang dilaksanakan di Qoryatul Qur’an. Terkait tujuan final, tujuan strategis, tujuan operasional yang bisa dilakukan. Harapannya, pemaparan ini bisa menginspirasi untuk kedua lembaga yang bertamu hari ini.

Selanjutnya, untuk memulai aksi, hendaklah bernyali bonek. Semboyan yang menjadi pegangan dalam meniru sikap bonek adalah: “Cobalah meski engkau tahu itu akan gagal. Tanamlah meski nanti akan kiamat.”

Inilah penerapan modal nekat sebagai langkah awal, terlalu banyak pertimbangan maka kita akan enggan melangkah. Bagi kami, musibah itu bukan ketika gagal setelah mencoba, tapi ketika gagal untuk mencoba. Mulailah dari yang sudah ada, yang bisa, yang kecil, diri sendiri, dan sekarang!

Selanjutnya, harus bisa bersinergi membangun teamwork. Latar belakang tiap personel berbeda-beda tapi harus punya tujuan sama. Bekerja sama, bukan sama-sama kerja. Job jelas, SDM tepat posisinya.

Kita harus saling peka, tidak egois, tidak mengandalkan yang lain. Perbesar kesamaan bukan perbedaan. Pimpinan di depan berdiri, staf jalankan instruksi. Lembaga siap menomboki. Tulus dalam bermitra. Bermanfaat, bukan memanfaatkan. Sering kumpul, ngopi, jajan, dan dolan bareng.

Kita harus berintegritas, mindset dan mental working excellence. Bukan sekadar profesional, tapi kerja melebihi ekspektasi atau standar. Mental pejuang, pantang mundur hingga tujuan tercapai. Tak ada yang hanya profesional di satu bidang, double job adalah keharusan.

Ustaz Setyadi menyebutkan bahwa di PPTQ Qoryatul Qur’an tidak kenal jam kerja, karena berjuang dalam dakwah itu tanpa batas waktu, 24 jam setiap harinya. Siap lemburan dan dadakan. Totalitas kerja, maksimal dalam kontribusi. Loyalitas penuh, prioritas lembaga di atas pribadi dan keluarga.

Puncak manajemen adalah manajemen Islami, celestial management (manajemen langit). Kita harus benar niat yaitu ikhlas, benar tujuan yakni rida Allah Swt., dan benar caranya dengan ittiba Rasulullah Muhammad Saw. Utamakan berkah, standar adab dan wara.

Senantiasa menghindari maksiat, terang maupun tersembunyi. Tidak semua masalah teknis dan solusinya teknis. Do the best, tapi doa adalah usaha terbaik. Selalu yakin dan husnuzan pada Allah Swt. Islamic worldview: “Yang dikatakan Islam baik maka lakukan. Yang dikatakan Islam buruk maka tinggalkan.”

Ustaz Setyadi kemudian menyampaikan analisa tentang akar penyebab masalah yang muncul pada lembaga pendidikan Islam. Masalah iman dan amal saleh, atasi dengan stop maksiat, perlu didakwahi, dicontohi, dan didoakan.

Masalah mindset (pola pikir) yang salah, harus melakukan re-mindset ke arah yang benar. Ulangi penyampaian filosofi, asa, cita-cita, nilai-nilai, dan visi. Kemudian tentang kompetensi, lakukan upgrading dengan training, coaching, mentoring, dan travelling.

Solusi dari akar penyebab masalah itu harus dijiwai dengan manajemen langit. Benar niatnya (ikhlas), benar tujuannya (rida-Nya), dan benar caranya (ittiba Rasulullah). Dengan begitu maka masalah yang muncul bisa teratasi.

Untuk Majelis Taklim Al Hikmah, Ustaz Setyadi menyarankan agar bisa berkolaborasi dengan men-support program yang sudah ada saja, atau secara personal bisa membantu kanan-kirinya yang membutuhkan. Ini lebih aman daripada membuat program sendiri karena anggotanya sepuh-sepuh, tapi bisa benar-benar bermanfaat.

Untuk PPTQ Anas bin Malik Cawas, Ustaz Setyadi menekankan agar membenarkan tujuannya dulu. Libatkan tokoh masyarakat sebagai sesepuh pemangku wilayah, agar bisa menjembatani setiap ada gejolak yang tak diharapkan pada masyarakat.

Akhirnya, apa yang disampaikan Ustaz Setyadi harapannya bisa menginspirasi kedua lembaga dakwah ini untuk melangkah ke depan. Menjadi lebih bermanfaat bagi umat. Semoga Allah meridai setiap langkah kebaikan yang kita laksanakan.

Posting Komentar untuk "Majelis Taklim Al Hikmah Solo dan PPTQ Anas bin Malik Cawas Bersilaturahmi ke PPTQ Qoryatul Qur’an"