Pendidikan Adab Pesantren Dr. Adian Husaini, Ph.D. Hadirkan Mohammad Natsir dan Buya Hamka Baru

Oleh: Ustaz Edi Casedi, S.Pd.I., M.P.I. 
- Kepala MATQ Qoryatul Qur’an 
- Wadir Kepengasuhan PPTQ Qoryatul Qur’an
 

(Ditulis sebagai laporan pengutusan pesantren mengikuti Kursus Singkat Guru Beradab)

Hari Sabtu, 1 November 2024, saya dan rekan saya, Ustaz Nasrudin, berangkat ke Depok untuk mengikuti Kursus Singkat Guru Beradab di Pondok yang didirikan dan dikelola oleh Dr. Adian Husaini, yakni Pesantren At-Taqwa. Kami datang sebagai utusan PPTQ Qoryatul Qur’an.

Sejatinya kami diutus untuk mempelajari konsep adab lebih dalam dan mendapatkan gambaran penerapannya di Pondok At-Taqwa untuk selanjutnya melakukan kajian relevansi penerapannya di PPTQ Qoryatul Qur’an.

Sejauh yang saya amati, sejatinya Dr. Adian sedang membuktikan bahwa kita bisa mencetak kader, atau mungkin lebih tepatnya kita sebut santri, seperti Mohammad Natsir dan Buya Hamka yang sudah bisa dikatakan matang di usia SMA atau lulus SMA.

Adian Husaini
Dr. Adian Husaini dengan materi spesial pendidikan adab pesantren

Dari 4 tahun penerapan konsep pendidikan di pesantren yang Dr. Adian kelola, beliau mendapatkan kesimpulan bahwa konsep pendidikan adab yang saat ini diterapkan adalah konsep pendidikan yang betul meski untuk penerapannya bisa didiskusikan.

Dalam penerapan konsep adab di jenjang SMP dan SMA, Dr. Adian membagi tiga jenjang. Masing-masing jenjang ditempuh masa studi dua tahun. Jenjang pertama Saulin, kedua Pristac dan ketiga Atqo. Secara akumulasi pendidikan di tempuh 6 tahun dan itu sama dengan masa pendidikan SMP dan SMA secara umum berjalan saat ini.

Jenjang pertama kurikulum disiapkan untuk menyiapkan kedewasaan santri. Jenjang kedua kurikulum disiapkan untuk membentuk kemandirian santri, dan jenjang ketiga kurikulum dikondisikan untuk membentuk kematangan dan keunggulan.

Dr. Adian mengingatkan dan mendorong bahwa konsep adab dalam pendidikan tidak sebatas sopan santun atau etika. Penerapan adab dalam pendidikan harus sampai kepada pemilihan dan penerapannya dalam marotibil ilmi dengan menerapkan konsep Fardu Ain dan Fardu Kifayah.  

Fardu Ain adalah ilmu hal untuk menyelesaikan kewajibannya sebagai hamba Allah dan hal-hal yang mendukung penyelesaian secara personal. Fardu Kifayah adalah ilmu wajib yang cukup diwakili satu atau beberapa, adanya dianggap cukup untuk memenuhi kewajiban semuanya.

Maksud penerapan Fardu Kifayah ini tidak semua atau sebagian besar berbondong-bondong mengambil satu keilmuan saja dan melupakan keilmuan lain yang dibutuhkan oleh umum atau umat. Sehingga barometer Fardu Kifayah itu memenuhi kebutuhan umat secara perwakilan dan barometer Fardu Ain adalah pemenuhan keilmuan untuk menjalan kewajiban beribadah sebagai hamba Allah secara personal. 

Penerapan konsep adab dalam pendidikan di Pesantren Taqwa, khususnya di jenjang Atqo mengantarkan para santri dan lulusan mencintai literasi. Pandai membuat karya tulis ilmiah dari artikel, makalah, dan karya tulis kelulusan dengan menerapkan metodelogi penulisan ilmiah bersudut pandang Islam.

Tidak selesai dengan hanya menulis saja, namun juga mempresentasikan dan mempertahankan argumen di hadapan publik dengan audien santri, mahasiswa dan dosen di perguruan tinggi baik di dalam dan luar negeri. Sehingga tidak mengherankan sebagian alumninya sudah produktif menghasilkan buku-buku yang sudah dapat diakses oleh publik.

Adian Husaini DDII
Foto bersama peserta Kursus Singkat Guru Beradab

Melihat pencapaian dan penerapan konsep secara langsung membuat para peserta berjumlah 17 orang dalam kursus merasa kagum dan juga memaklumi atas pencapaian para santri karena mereka diajar dan dibersamai para guru yang mengayomi dengan latar belakang pendidikan tinggi magister doktor.

Mereka tinggal dan hidup bareng bersama mereka para santri. Ini yang menyebabkan bimbingan menjadi intens, baik bimbingan pengasuhan maupun bimbingan keilmuan; praktek ibadah, penerapan adab, dan tulis-menulis.

Kita menjadi paham bahwa di belakang santri-santri yang berhasil ada guru-guru hebat mengayomi dan mendoakan. Kita menjadi semakin yakin bahwa keberhasilan Mohammad Natsir dan Buya Hamka –meski lulusan tingkat SMA– karena keberadaan guru hebat di sekitar mereka. Pendidikan mereka tidak hanya dalam ruangan kelas tapi juga kebersamaan harian. Suhbah al-ustadz, begitu Imam Syafi’i menamainya. Wallahu a‘lam bish shawab.

*Dokumentasi kegiatan klik di sini.

Posting Komentar untuk "Pendidikan Adab Pesantren Dr. Adian Husaini, Ph.D. Hadirkan Mohammad Natsir dan Buya Hamka Baru"