Upgrade Kapasitas SDM PPTQ Qoryatul Qur’an dengan Memahami Struktur, Alur Instruksi dan Koordinasi

Pada Jumat siang, 26 September 2025, Masjid Nurul Ilmi Komplek 08 Jonggring Saloka menjadi pusat berlangsungnya kegiatan Q-UP 2025: Upgrade Kapasitas, Scale Up SDM Pesantren #2. Sejak pukul 13.00 hingga 15.00 WIB, para SDM PPTQ Qoryatul Qur’an berkumpul untuk mengikuti pembinaan dengan tema “Memahami Struktur, Alur Instruksi dan Koordinasi.”

Materi sesi kedua ini disampaikan oleh Ustaz Dr. Budi Harjo, M.Pd., yang menguraikan pentingnya pemahaman struktur dan koordinasi dalam sebuah organisasi pesantren. Suasana acara terasa semakin hidup berkat peran Ustaz Salman Al Farisi, S.Pd., yang memandu jalannya kegiatan sebagai moderator.

Melalui sesi ini, para peserta diajak untuk lebih memahami bagaimana instruksi dapat berjalan efektif dan koordinasi terjalin dengan baik sehingga pengelolaan pesantren dapat berlangsung lebih profesional dan terarah.

Ustaz Budi Harjo
Ustaz Budi Harjo paparkan struktur alur instruksi dan koordinasi

Ustaz Budi menyampaikan bahwa kunci kemajuan adalah perubahan. Perbaikan kualitas secara menyeluruh dan berkelanjutan dalam setiap aspek organisasi dengan melibatkan seluruh anggota organisasi.

Diantara materi yang akan dibahas pada kesempatan kali ini adalah tentang Pengertian Organisasi, Unsur-Unsur Organisasi, TQM (Total Quality Management), Implementasi TQM, dan Studi Kasus. Organisasi adalah sekelompok orang yang bekerja sama secara terstruktur untuk mencapai tujuan tertentu.

Unsur-unsur dalam organisasi yaitu (1) Tujuan: hal yang ingin dicapai bersama (misalnya pelayanan, pendidikan, sosial); (2) Orang/Anggota: individu yang bekerja sama; (3) Struktur: aturan, pembagian tugas, dan hubungan antar organisasi; (4) Kerjasama: koordinasi agar tujuan tercapai lebih efektif.

Ustaz Budi Harjo mengajak diskusi dengan para peserta pelatihan, beliau melontarkan pertanyaan dan ustaz-ustazah diminta untuk menuliskan jawabannya pada kertas. Adapun pertanyaannya adalah tentang tujuan yang ingin dicapai Qoryatul Qur’an.

Adapun maksud Ustaz Budi dengan pertanyaan tersebut adalah untuk melihat apakah tujuan Qoryatul Qur’an itu sudah dipahami oleh para asatizah dan ustazaat. Jika ada banyak kesamaan, berarti setiap anggota memiliki tujuan yang sama, jika berbeda berarti setiap anggota belum memahami tujuan yang akan dicapai. 

Kemudian beliau melontarkan pertanyaan lagi, tentang siapa saja orang yang terlibat di Qoryatul Qur’an. Pertanyaan tersebut dijawab oleh beberapa ustaz dan ustazah, menunjukkan akan antusias dalam mengikuti kegiatan.

Adapun di antara jawabannya adalah: pengelola, orang tua/wali, donatur/muhsinin/wakif, instansi terkait, masyarakat, semua orang yang pernah mencicipi keindahan bersama QQ, baik keluarga, karyawan, santri, alumni, semua yang terlibat dalam mewujudkan tujuan. 

Selanjutnya adalah terkait Total Quality Management (TQM). Yakni (1) Orientasi pada user, (2) Perbaikan berkelanjutan, (3) Pelibatan semua anggota organisasi, (4) Keputusan based on data, (5) Fokus pada proses dan hasil, dan (6) Quality control.

Implementasi TQM di PPTQ Qoryatul Qur’an, di antaranya adalah fokus pada pelanggan, dalam hal ini adalah santri dan wali. Pondok pesantren memandang santri dan wali santri sebagai pihak yang harus mendapatkan layanan terbaik. Contoh: menyediakan pembelajaran Al-Qur’an yang terstandar, kurikulum umum yang berkualitas, serta komunikasi yang jelas dengan wali santri tentang perkembangan anaknya.

Kemudian adanya perbaikan berkelanjutan (continuous improvement). Selalu memperbaiki metode pembelajaran, manajemen asrama, hingga kegiatan ekstrakurikuler. Contoh: setiap semester dilakukan evaluasi proses belajar mengajar, lalu memperbaiki kelemahan yang ditemukan.

Harus ada keterlibatan semua pihak (santri dan wali), tidak hanya pimpinan pesantren (kyai/ustaz senior), tapi juga ustaz, pengurus, bahkan santri ikut terlibat. Contoh: santri diberi kesempatan memberi masukan lewat forum musyawarah santri, pengurus asrama dilibatkan dalam menjaga kedisiplinan dan kebersihan.

Keputusan pun harus based on data. Keputusan tidak hanya berdasarkan tradisi, tetapi juga data evaluasi. Contoh: data absensi, nilai ujian, catatan pelanggaran, hingga kepuasan wali santri dijadikan dasar untuk perbaikan kebijakan.

Ucapan terima kasih
Ucapan terima kasih pada narasumber

Kemudian fokus proses dan hasil. Tidak hanya menargetkan santri lulus hafalan 30 juz atau masuk perguruan tinggi, tetapi memperhatikan proses belajarnya. Contoh: kedisiplinan, metode tahfizh, pembinaan akhlak, hingga lingkungan belajar yang nyaman.

Reporter: Ustaz Salman Al Hawari

Posting Komentar untuk "Upgrade Kapasitas SDM PPTQ Qoryatul Qur’an dengan Memahami Struktur, Alur Instruksi dan Koordinasi"