Ustaz Setyadi Prihatno: Meneladani Dedikasi Mohammad Natsir, Negarawan Kelas Dunia yang Tetap Sederhana

Seorang tokoh yang mungkin tidak banyak orang kenal, beliau adalah Pak Mohammad Natsir. Padahal beliau adalah seorang mantan Perdana Menteri Republik Indonesia yang kelima. Tokoh sejarah perjuangan bangsa yang jarang disebut padahal dedikasinya besar untuk negeri ini, bahkan dunia.

Menurut murid-murid beliau, Mohammad Natsir atau yang akrab dipanggil dengan Pak Natsir, adalah pribadi luar biasa dengan kesederhanaan hidup, yang kemudian sikap itu banyak diikuti murid-murid beliau.

Kesederhanaan itu dibuktikan dalam kehidupan keseharian beliau sebagai mantan perdana menteri. Padahal beliau adalah tokoh besar di kancah internasional. Pak Natsir pernah menjabat sebagai presiden Liga Muslim Dunia (World Muslim League) dan ketua Dewan Masjid se-Dunia.

Kisah Mohammad Natsir
Ustaz Setyadi kisahkan tentang kiprah Pak Natsir

Pak Natsir juga merupakan sosok sentral di balik pendirian Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) atau dikenal dengan Dewan Dakwah, yang bertujuan menggiatkan dan meningkatkan mutu dakwah Islam di Indonesia.

Yang tercermin dari kehidupan sehari-hari Pak Natsir adalah sikap kesederhanaan, sikap keikhlasan, sikap kenegarawanan yang didasari keagamaan, dan sikap nasionalisme religius.

Ketika beliau meninggal dunia pada tanggal 6 Februari 1993. Kantor DDII mendapat kiriman faksimile ucapan duka dari Perdana Menteri Jepang Kiici Miyazawa. Isi faks itu sangat mengejutkan, yang tak pernah terduga oleh siapa pun, yang pernah dekat dengan Pak Natsir sekalipun.

“Mendengar Mohammad Natsir meninggal, serasa Jepang mendapatkan serangan Bom Atom ke-3 yang tepat jatuh di tengah Kota Tokyo. Duka yang sangat mendalam bagi kami seluruh bangsa Jepang,” demikian bunyi ucapan tersebut.

Para murid Pak Natsir mencoba mencari jawaban atas pertanyaan mengapa beliau begitu pentingnya bagi Jepang sehingga kematiannya mengejutkan, bahkan disebut seperti ledakan bom ketiga setelah Hiroshima dan Nagasaki.

Pak H. Tamat Anshori Ismail, Ketua DDII Jatim waktu itu, hanya menduga bahwa sebagai perdana menteri bisa saja pernah menjalin hubungan diplomatik yang spesial dengan Jepang.

Namun, tak ada jawaban memuaskan dari para tokoh dan senior Dewan Dakwah, bahkan Ketua Dewan Syura DDII Jatim yang juga Ketua MUI Jatim KH Misbach, juga tidak bisa menjelaskan maksud di balik pesan faks tersebut.

Rasa penasaran itu baru menemukan jawaban lebih dari 10 tahun kemudian. Tepatnya pada 2003, ketika salah seorang murid Pak Natsir bernama Pak Agus Maksum berkenalan dengan diplomat Jepang di Jakarta bernama Hamada San.

Saat mengobrol dan berbincang tentang aktivitas, Pak Agus mengatakan bahwa beliau aktif di DDII yang didirikan oleh Pak Natsir. Tak terduga, Hamada San tiba-tiba berdiri lalu membungkuk memberi hormat.

Pak Agus bertanya tentang sikap Hamada San yang dianggapnya aneh itu. Hamada San mengatakan bahwa mendengar nama Pak Natsir disebut, ia sontak secara refleks memberikan penghormatan.

Hamada San-lah yang kemudian menjawab semua pertanyaan 10 tahun lalu, tentang seperti apa pentingnya keberadaan seorang Mohammad Natsir bagi negaranya. Sebuah cerita mengalir dari mulutnya, yang membuat bergetar hati Pak Agus Maksum.

Menurut penuturan Hamada San, Jepang pernah mengalami masa sulit sehingga industri di sana nyaris kolaps. Semua industri butuh bahan bakar dari minyak bumi, sementara Jepang sedang di-embargo oleh Amerika Serikat.

Embargo negara adikuasa itu membuat tak satu pun negara yang berani menjual minyak bumi ke Jepang, meski Jepang telah melakukan berbagai upaya. Jepang lantas menugaskan Laksamana Maeda untuk melakukan lobi internasional.

Laksamana Maeda dianggap gagal dalam tugas itu bahkan dianggap sebagai pengkhianat karena memberikan ruang untuk Bung Karno yang telah membuat teks proklamasi kemerdekaan, juga menyerahkan senjata-senjata Nippon pada para pejuang kemerdekaan RI.

Pulang ke Jepang, selain mendapat hukuman, Laksmana Maeda juga dicopot dari dinas militer dan tidak mendapatkan pensiun. Kondisi industri Jepang kian parah, Laksamana Maeda lalu menyarankan pemerintah Jepang untuk mengirim utusan ke Indonesia menemui Mohammad Natsir, yang saat itu sedang dipenjara.

Dalam pertimbangan Laksamana Maeda, Jepang bisa meminta agar Pak Natsir bersedia melobi Raja Faisal, Raja Arab Saudi, supaya bersedia mengirim minyaknya ke Jepang.

Meski pemerintah Jepang tidak begitu yakin dengan usulan Maeda, tapi karena berbagai cara yang ditempuh tidak kunjung mendapatkan hasil, diutuslah Nakajima San untuk meminta bantuan pada Pak Natsir.

Nakajima terbang ke Indonesia dan atas bantuan banyak pihak akhirnya ia bisa bertemu Pak Natsir di penjara. Disampaikannya pesan Pemerintah Jepang agar Pak Natsir bisa membantu Jepang mendapatkan pasokan minyak dari Arab Saudi. 

Pak Natsir menulis pada selembar kertas berisi pesan berbahasa Arab yang tidak panjang, kurang lebih hanya setengah halaman, dan melipatnya. Pak Natsir mengatakan agar Nakajima membawa surat tersebut pada Raja Faisal. Nakajima tidak tahu apa isi surat tersebut, apalagi itu berbahasa Arab.

PM Jepang mengabarkan pada diplomat Jepang di Arab Saudi bahwa ada utusan Pak Natsir dari Indonesia yang akan menghadap Raja Faisal. Arab Saudi yang sangat menghormati Pak Natsir menyambut baik serta menunggu kehadiran orang Jepang yang membawa pesan tersebut.

Nakajima San sampai di Arab Saudi disambut baik bak tamu negara dan dengan mudah bisa bertemu Raja Faisal dan menyerahkan surat dari Pak Natsir. Raja Faisal membaca surat tersebut dan langsung memenuhi permintaan dalam surat itu, yakni mengirim minyak ke Jepang.

Pemerintah Arab Saudi berjanji segera mengirimkan minyak melalui Indonesia melibatkan Pertamina. Nakajima seakan tidak percaya, hanya sepucuk surat yang dia tidak tahu isinya dari seseorang yang mendekam di penjara, ternyata Jepang bisa mendapatkan pasokan minyak dari “Raja Minyak Dunia”.

Pengiriman minyak dari Arab Saudi terealisasi melalui Pertamina. Inilah sebabnya Pertamina menjadi perusahaan yang sangat besar di Jepang, pernah menjadi pembayar pajak terbesar di Jepang, karena Pertamina menjadi pensuplai minyak bagi Industri Jepang atas jasa Pak Natsir.

Industri Jepang bangkit atas jasa baik Pak Natsir. Atas jasa ini, Jepang hendak memberi hadiah pada Pak Natsir namun beliau tolak. Maka sangat wajar bahwa meninggalnya M. Natsir bagi pemerintah Jepang serasa mendapat serangan bom atom ketiga tepat di Kota Tokyo. Duka mendalam bagi seluruh bangsa Jepang.

Kisah ini menggambarkan betapa luar biasa kiprah dan dedikasi seorang Mohammad Natsir. Jauh dari publikasi padahal perannya sangat besar, tak hanya di Indonesia bahkan untuk dunia, dan Jepang salah satu yang merasakan jasa besarnya.

Kesimpulannya, ketika kita memberikan dedikasi terbaik dengan tulus tanpa mengharap balas jasa untuk pribadi, maka akan mendapat tempat tertinggi di sisi Allah. Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.

Dikisahkan oleh Direktur Umum PPTQ Qoryatul Qur’an Ustaz Setyadi Prihatno, S.Sos., M.P.I pada acara tasmi’ para asatiz Qoryatul Qur’an di Sidowayah, 6 Februari 2024

10 komentar untuk "Ustaz Setyadi Prihatno: Meneladani Dedikasi Mohammad Natsir, Negarawan Kelas Dunia yang Tetap Sederhana"

  1. Ini sejarah yang baru aku tau dan aku dengar. Aku cuma familiar dengan nama Bung Karno dan Laksmana Maeda. Wahh, ternyata bantuan PM Natsir sangat berjasa juga, ya, buat Jepang. Dan aku baru tau asal sejarah Pertamina di sinii

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, kak Vina. Sejarah yang tak ditemukan di buku pelajaran sekolah ya. Semoga kita bisa meneladani beliau.

      Hapus
  2. Natsir adalah sedikit dari tokoh Nasional Indonesia yang sederhana dan bersahaja. Negarawan handal tapi juga sekaligus ulama yang pandai. Semoga di kemudian hari ada banyak muncul Natsir Natsir yang lain di bumi Indonesia

    BalasHapus
  3. Wow sebegitu berjasanya Pak Natsir pada Jepang hingga Jepang sangat menghormatinya. Wajar sih, karena Pak Natsir membantu mensuplai bahan bakar ke Jepang dari Saudi. Padahal Jepang sudah menjajah Indonesia ya, tapi beliau masih mau membantu. Salut juga.

    BalasHapus
  4. Dari sekian sejarah kehidupan Pak Natsir, baru tahu tentang momen dengan Jepang ini. MasyaAllah, sangat terharu dan bangga dengan kepiawaian diplomatis beliau. InsyaAllah akan menjadi catatan amal kebaikan yang tak terputus bagi sosok Mohammad Natsir

    BalasHapus
  5. Waw kisah sejarah yang tak pernah diungkap di pelajaran sekolah. Semoga kisah2 seperti ini bisa tetap diceritakan kepada anak cucu kita.

    BalasHapus
  6. Masyaallah, semoga bisa meneladani beliau.. kalau mendengar kisah yg keren2 gini jadi termotivasi euy

    BalasHapus
  7. Begitu besar jasa beliau di Jepang, bahkan cerita ini jarang banget ditemu di buku-buku sejarah. Pasti kisah beliau hanya seputar bagaimana beliau saat menjadi perdana menteri saja

    BalasHapus
  8. Lengkap banget informasinya Kak, jadi lebih paham, di buku sejarah selama ini tidak ada cerita sedetail ini

    BalasHapus
  9. PAk NAsir ini bagaikan akar ya. Meskipun tak nampak secara blak-blakan akan kotribusinya, tapi beliau memberikan jasa terbesar selama hidupnya untuk negara tercinta

    BalasHapus