Gus Arda: Membentuk Keluarga yang Taat pada Allah seperti Keluarga Imran

Ada seorang guru bertanya pada murid-muridnya, pada suatu pagi, apakah sudah Salat Subuh? Ada yang menjawab belum. Ditanya kenapa, ternyata ia menjawab bahwa keluarganya tak ada yang salat, termasuk kedua orang tua. Fenomena ini banyak terjadi di tengah kita.

Ternyata, keluarga sangat berperan bagi keimanan dan keislaman anak-anaknya. Bahkan ada keluarga besar yang bisa berkumpul di surga yakni keluarga yang memiliki keimanan dan keislaman yang sama.

Gus Arda
Gus Arda ajak teladani keluarga Imran

Membentuk keluarga yang baik adalah dengan mendidik anak-anak menjadi penerus keimanan dan keislaman orang tuanya. Mari kita bercermin pada keluarga Imran yang dimuliakan Allah ﷻ.

Keluarga Imran menjadi nama salah satu surat dalam Al-Qur’an. Bahkan Allah ﷻ menyebutkan telah memilih keluarga Imran menjadi salah satu dari 4 keturunan terbaik: Adam, Nuh, keluarga Ibrahim, dan keluarga Imran.

إِنَّ اللّهَ اصْطَفَى آدَمَ وَنُوحًا وَآلَ إِبْرَاهِيمَ وَآلَ عِمْرَانَ عَلَى الْعَالَمِينَ ذُرِّيَّةً بَعْضُهَا مِن بَعْضٍ وَاللّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing), (sebagai) satu keturunan yang sebagiannya (turunan) dari yang lain. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Ali Imran: 33-34)

Nabi Adam AS anaknya ada yang saling bunuh. Nabi Nuh AS istri dan anaknya membangkang. Padahal keduanya adalah Nabi yang membawa risalah dari Allah. Itulah dinamika kehidupan dan iman. Tak semua orang sukses membawa keluarga dalam ketaatan, bahkan Nabi sekalipun.

Sementara Nabi Ibrahim AS dan Imran, dalam ayat di atas disebut dengan keluarganya. Mengapa? Karena mereka sukses dalam mendidik anak turunnya menjadi keluarga yang taat pada keimanannya.

Imran dipilih Allah, manusia biasa dan bukan dari kalangan Nabi. Anaknya bernama Maryam dipilih Allah menjadi wanita yang suci, dan cucunya menjadi seorang Nabi, yakni Isa AS. Itu bagian kesuksesan Imran yang menjadikan keluarganya terpilih.

Imran dinisbatkan kepada seseorang yang bernama Imran bin Matsan bin Al-Azar bin Al-Yud… bin Sulaiman bin Daud ‘alaihis salam. Nasabnya tersambung hingga ke Nabi Daud AS. Keluarga Imran adalah turunan (cabang) terakhir orang-orang beriman dari turunan Bani Israil.

Istri Imran bernama Hannah binti Faquda (ada juga yang menyebut Qa’uda bin Qubaila). Hannah adalah seorang wanita yang tekun beribadah. Sebagaimana kisahnya ada dalam Al-Qur’an.

إِذْ قَالَتِ امْرَأَتُ عِمْرَانَ رَبِّ إِنِّي نَذَرْتُ لَكَ مَا فِي بَطْنِي مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّي إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

(Ingatlah), ketika isteri ‘Imran berkata: “Ya Rabbku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Ali Imran: 35)

Rumus pertama menjadikan anak saleh yang dicontohkan oleh istri Imran adalah ketika mengandung hendaklah berdoa kepada Allah agar diberi anak yang taat pada-Nya.

Rumus kedua, adalah memasrahkan sepenuhnya kepada Allah dalam proses pembentukan janin. Rumus ketiga, saat lahir haruslah menerima amanah itu apapun kondisinya, misalnya beda jenis kelamin dari harapan.

فَلَمَّا وَضَعَتْهَا قَا لَتْ رَبِّ اِنِّيْ وَضَعْتُهَاۤ اُنْثٰى ۗ وَا للّٰهُ اَعْلَمُ بِمَا وَضَعَتْ ۗ وَ لَيْسَ الذَّكَرُ كَا لْاُ نْثٰى ۚ وَاِ نِّيْ سَمَّيْتُهَا مَرْيَمَ وَاِ نِّيْۤ اُعِيْذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطٰنِ الرَّجِيْمِ

Maka ketika melahirkannya, dia berkata, “Ya Tuhanku, aku telah melahirkan anak perempuan.” Padahal Allah lebih tahu apa yang dia lahirkan, dan laki-laki tidak sama dengan perempuan. “Dan aku memberinya nama Maryam, dan aku mohon perlindungan-Mu untuknya dan anak-cucunya dari (gangguan) setan yang terkutuk.” (QS. Ali Imran: 36)

Rumus keempat, memberikan nama baik yang berisi doa dan harapan pada anak, tidak asal-asalan. Kadang kita hanya menganggap nama sekadar untuk memudahkan memanggil, tapi ternyata Islam mengajarkan memberi nama mengandung doa.

Rumus kelima, agar memiliki anak saleh seperti dicontohkan istri Imran, adalah memohonkan perlindungan pada Allah ﷻ untuk anak dan keturunannya dari gangguan setan terkutuk.

Di zaman sekarang ini, tantangan orang tua semakin besar dan rumit dalam mendidik anak. Keberadaan gawai menjadi salah satu momok menakutkan bagi pembentukan akhlak anak.

Salah satu ikhtiar para orang tua adalah dengan memasukkan anak ke pesantren. Membekali keimanan pada anak agar hidup terarah. Andaikan ketika dewasa mereka sempat salah jalan, mereka akan tahu jalan untuk pulang, yakni jalan yang diridai Allah ﷻ.

Resume kajian Ahad Pagi di Masjid Widad El Fayez, Komplek Asem Legi, Gabeng, pada 8 Oktober 2023 oleh Ustaz Muhammad Arif Darmawan (Gus Arda), Mudir Pesantren Muhammadiyah Darul Khoir Nglipar, Ketua PWPM DIY

Posting Komentar untuk "Gus Arda: Membentuk Keluarga yang Taat pada Allah seperti Keluarga Imran"