Para santri putra PPTQ Qoryatul Qur’an dari seluruh komplek berkumpul di Komplek 08 Jonggring Saloka pada Selasa, 6 Mei 2025 sekira pukul 09.30 WIB untuk mengikuti majelis taklim bersama Syekh Abdussobur Al-Kayyali Ar-Rifai Al-Husaini.
Syekh Abdussobur Al-Kayyali Ar-Rifai Al-Husaini merupakan zuriat Nabi Muhammad ﷺ yang bertempat tinggal di Istambul, Turki. Hari istimewa penuh berkah dengan kehadiran Syekh kelahiran Damaskus 1965 M ini di PPTQ Qoryatul Qur’an.
Setelah pagi tadi bermajelis dengan para santri putri, kini giliran bersama santri putra. Syekh Abdussobur mengawali majelis dengan mengingatkan bahwa ciri thalabul ilmi adalah tak bisa lepas dari pulpen dan buku sebagai alat tulis untuk pengikat ilmu. Rugi yang telah menerima pelajaran tapi tidak menuliskannya.
Pada kesempatan ini, Syekh menyampaikan tentang kisah Nabi Ibrahim AS. Sebagai bapak para Nabi, yang mengajarkan tetang akidah yang menjadi pegangan dalam menjalani hidup manusia. Allah tidak membiarkan kita lahir di dunia tanpa memberi hidayah.
Perjuangan mempertahankan akidah telah dibuktikan Nabi Ibrahim AS dengan luar bisa ketika beliau dimasukkan ke dalam kobaran api, difitnah, dan sebagainya. Ini adalah tantangan yang dihadapi oleh siapa pun yang memegang erat akidahnya.
![]() |
Syekh Abdussobur Al-Kayyali Ar-Rifai Al-Husaini bermajelis bersama santri QQ di Komplek Jonggring Saloka |
Nabi Ibrahim AS menjalankan perintah Allah dengan sebaik-baiknya tanpa harus protes, sesuai apa yang diperintahkan. Yang terberat adalah perintah menyembelih anak, yang dilakukan dengan kepatuhan. Begitulah seharusnya, seberat apa pun perintah Allah, kita harus menjalankannya.
Di antara keberkahan kehidupan dalam ketaatan Nabi Ibrahim AS, adalah lahirnya Nabi Ismail AS hingga keturunannya melahirkan Nabi Muhammad ﷺ, yang mendapat julukan “Ibnu Zabihaini” yang berarti anak dari dua orang yang disiapkan untuk disembelih. Julukan Nabi Muhammad ﷺ ini merujuk pada dua leluhur beliau: Nabi Ismail AS dan Abdullah bin Abdul Muthalib.
Nabi Ismail AS hampir disembelih oleh ayahnya, Nabi Ibrahim AS, karena perintah Allah dalam mimpi. Namun, Allah menggantinya dengan hewan sembelihan. Sementara itu, Abdullah, ayah Nabi Muhammad SAW, hampir disembelih oleh Abdul Muthalib sebagai bentuk nazar. Namun, Allah menggantinya dengan 100 ekor unta setelah melalui undian.
Dengan julukan ini, tampak bahwa Nabi Muhammad SAW berasal dari keturunan orang-orang yang diuji dengan pengorbanan besar, menunjukkan kemuliaan dan kehormatan nasab beliau.
Dari anak Nabi Ibrahim AS yang lain, yakni Nabi Ishaq AS lahirlah Nabi Ya'qub AS yang kemudian memiliki keturunan Nabi Yusuf AS yang mendapat julukan “Ibnu Karim” yang berarti “anak dari orang mulia.” Julukan ini merujuk pada kemuliaan nasab beliau.
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: الكَرِيمُ ابنُ الكَرِيمِ ابنِ الكَرِيمِ ابنِ الكَرِيمِ: يُوسُفُ بنُ يَعقُوبَ بنِ إِسْحَاقَ بنِ إِبْرَاهِيمَ. (رواه البخاري)
“Yusuf adalah al-Karim ibnu al-Karim ibnu al-Karim ibnu al-Karim — Yusuf bin Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim.” (HR. Bukhari).
Artinya, Nabi Yusuf AS adalah orang mulia, putra dari nabi yang mulia (Nabi Ya’qub AS), cucu dari nabi yang mulia (Nabi Ishaq AS), dan cicit dari nabi besar (Nabi Ibrahim AS). Selain karena keturunannya yang mulia, Nabi Yusuf AS juga dikenal dengan akhlak yang luhur, keteguhan iman, yang menunjukkan kemuliaan pribadi dan nasabnya yang luar biasa.
Kisah Nabi Yusuf AS mengajarkan kita bahwa kesabaran akan melahirkan keistimewaan dari skenario indah yang Allah tetapkan. Kepahitan yang dijalani membawa kepada kebahagiaan di ujung cerita kehidupan kita.
Selanjutnya, Nabi Nuh AS yang dakwah dengan kesabaran selama 950 tahun. Puncaknya beliau diperintah Allah membuat perahu besar untuk menyelamatkan umat yang beriman beserta binatang-binatang yang berpasang-pasangan, sebagi cikal bakal kehidupan setelah turun azab bagi umat yang tak mau beriman.
Inti besar dakwah para Nabi adalah kesabaran. Dakwah dilakukan dengan cara yang baik. Allah tidak melihat jumlah tapi proses panjang perjuangannya. Kesabaran itulah yang harus kita jadikan teladan dalam berdakwah.
Kita juga tahu, kisah Nabi Musa AS, yang berdakwah mengajak Raja Firaun dan para pembesar untuk beriman, yang menolak bahkan mau membunuh Nabi. Hingga akhirnya Allah memerintahkannya memukulkan tongkat ke Laut Merah yang pada akhirnya menenggelamkan Raja Firaun dan pasukannya.
Kemudian ada Nabi Isa AS yang dalam berdakwah ditentang dan hendak dibunuh bahkan disalib. Allah menolong, menggantikannya dengan orang lain yang diserupakan. Maka kita jangan pernah berputus asa setelah bersungguh-sungguh dalam berjuang. Pertolongan Allah akan datang pada saat yang paling genting pada hamba yang berserah diri.
Musuh Islam banyak yang belajar Islam dan Al-Qur’an dengan tujuan merusak Islam dari sumbernya. Jangan sampai kita generasi muslim tidak memahaminya sehingga kita akan diserang dengan pertanyaan-pertanyaan mereka, hasil mempelajari Islam dengan tujuan menghancurkan tersebut.
Marilah pelajari dan kuasai bahasa arab agar bisa memahami Al-Qur’an. Banyak kata-kata bahasa arab yang tidak bisa diterjemahkan ke dalam bahasa kita, sehingga perlu untuk kita pelajari bahasa aslinya, sebagai sumber asli agama ini.
Kita mencintai bahasa arab karena Nabi berbahasa arab. Wahyu Allah dalam bahasa arab. Para sabahat berbahasa arab. Mari kita buktikan kecintaan dengan mempelajari bahasa arab, seperti ibu mengajari bahasa daerah kita.
Banyak yang ahli dalam tafsir, ahli hadis, dan penerjemah bahasa arab dengan baik, yang merupakan bukan orang arab. Mereka inilah muslim yang hakiki yang bersungguh-sungguh dalam mempelajari bahasa arab. Bahkan mengajar di negeri-negeri Arab.
Majelis bersama Syekh Abdussobur Al-Kayyali Ar-Rifai Al-Husaini juga diwarnai dengan kuis tanya-jawab. Beberapa santri berhasil menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Syekh dan mendapatkan hadiah.
Majelis berjalan dengan lancar, dengan penerjemah Ustaz Faris Ahmad, Lc., M.Pd. Akhirnya, semoga majelis ilmu ini mendatangkan keberkahan bagi kita semua. Memberikan suntikan motivasi dalam belajar bagi para santri. Kunjungan Syekh di Komplek Jonggring Saloka diakhiri dengan doa keberkahan untuk pesantren.
Posting Komentar untuk "Santri Putra PPTQ Qoryatul Qur’an Bermajelis bersama Syekh Abdussobur Al-Kayyali Ar-Rifai Al-Husaini di Komplek Jonggring Saloka"