Tim Leadership PPTQ Qoryatul Qur’an mengadakan pelatihan penanganan hewan melata yang banyak dijumpai di sekitar kita. Diikuti seluruh santri putra unit MTsTQ, MATQ, dan Ma’had Aly Qoryatul Qur’an.
Bertempat di halaman komplek Kauman gedung baru, pada hari Sabtu, 9 Maret 2024 dimulai sekira pukul 09.30 WIB. Pelatihan mendatangkan trainer dari Komunitas Manahati Wonosari, Gunungkidul, Yogyakarta.
Ustaz Rosyid dalam pengantarnya, mengatakan bahwa pelatihan ini penting, maka semua harus memperhatikan karena besar kemungkinan di kehidupan tidak akan lepas dari hewan-hewan melata tersebut.
Pelatihan penanganan ular ini disampaikan oleh Bapak Rinto, Bapak Suroso, dan Mas Irul dari Komunitas Manahati Wonosari. Ketiganya saling bantu untuk memperkenalkan berbagai jenis ular yang mereka bawa.
Pak Rinto mengawali dengan menyampaikan adab ketika kita masuk hutan. Di antaranya adalah kita tidak boleh ramai, tidak boleh asal berbicara. Saat kita ngomongnya asal maka menandakan bahwa indra kita yang lain itu tidak berfungsi.
Padahal berada di hutan itu sangat memerlukan fungsi semua indra kita. Baik itu pendengaran, penglihatan, atau merasakan getaran sekecil apapun di kulit kita, karena itu akan berpengaruh terhadap keselamatan kita. Jadi kalau kita mau naik gunung atau masuk hutan, boleh ngobrol tapi jangan banyak bercanda atau teriak-teriak.
Selanjutnya, Pak Rinto menyebutkan ciri ular berbisa. “Kalau di Jawa, semua ular yang ekornya merah pasti berbisa,” kata beliau. “Ujung ekor paling panjang 10 cm itu merah maka pasti bisa tinggi yang mematikan.”
Memperkenalkan jenis ular pada santri |
Pak Rinto dibantu Mas Irul mengeluarkan contoh ular berwarna hijau. Sama-sama warna kulitnya hijau, tapi yang berbisa adalah yang ujung ekornya berwarna merah. Sementara ular hijau yang ekornya tidak merah maka tidak berbisa, tapi tetap saja kalau digigit ya sakit.
“Yang ekornya tidak merah, kalau mengigit ya sakit. Efeknya paling bengkak gitu. Nah, kalau kita punya alergi protein, ya paling sesak nafas. Namun, belum pernah ada kejadian digigit ular ini meninggal,” kata beliau sambil memperlihatkan ular hijau yang tak berbisa.
Kesimpulannya, semua ular yang ujung ekornya merah itu berbisa tinggi dan ada kemungkinan mematikan. Kemudian kalau ada ular kepalanya merah juga berbisa. Satu lagi, kalau hidung atau moncongnya putih maka ia juga berbisa.
Selain itu, semua ular yang bertedung, yang lehernya bisa melebar atau megar, maka ia termasuk ular yang berbisa. Bahkan bisa menyemburkan bisa ke arah mangsa dengan jarak tertentu, maka harus ekstra hati-hati.
Melihat ular dari dekat |
Untuk ular berwarna belang-belang cukup sulit menentukan dia berbisa dan tidak. Tidak ada ciri khusus. Jadi kita tetap harus menghafalkan jenis-jenisnya, tak ada cara lain.
Tips kalau kita digigit ular, kita tidak boleh panik. Kalau panik maka penyebaran bisa akan sangat cepat. Di rumah sakit sudah tersedia serum anti bisa ular. Meski jenis serumnya masih terbatas pada jenis ular yang umum ada di daerah masing-masing.
Pada umumnya, serum ini terbuat dari antibodi atau imunoglobulin yang dihasilkan oleh hewan lain, biasanya kuda, yang telah diimunisasi dengan bisa ular tersebut. Antibodi dalam plasma darah hewan tersebutlah yang dimanfaatkan sebagai serum anti bisa ular.
Sangat banyak ilmu tentang ular yang dijelaskan oleh Pak Rinto dan tim. Termasuk cara menangkap ular, bagaimana posisi jari tangan saat memegang bagian kepala belakang dan lehernya.
Selanjutnya, santri dan para asatiz serta tim leadership yang hadir dipersilakan untuk praktik menangkap ular secara aman. Baik ular berbisa maupun yang tidak berbisa. Para santri pun sangat antusias untuk mempraktikkan ilmu yang diajarkan Pak Rinto, Pak Suroso, dan Mas Irul.
Santri berlatih menangkap ular |
Direktur Umum PPTQ Qoryatul Qur’an Ustaz Setyadi Prihatno, S.Sos., M.P.I yang menyusul hadir juga berkenan mencoba memegang ular yang dibawa tim. Termasuk Ustaz Luthfi Zubaidi dan Ustaz Hartanto.
Kegiatan training leadership penanganan ular ini berlangsung dengan lancar. Harapannya bisa memberikan manfaat kepada para hadirin semua, terutama santri, agar bisa menyikapi keberadaan hewan melata di sekitar kita.
Ustaz Raihan Afif Ilyasa turut standby dengan ambulans QQ Peduli berjaga di lokasi pelatihan. Sebagai antisipasi jika ada hal-hal atau kejadian yang tak diinginkan selama pelatihan menangani ular yang pada dasarnya adalah binatang liar dan berbahaya.
Seperti kata Pak Rinto, “Tidak ada ular yang benar-benar jinak karena pada dasarnya merupakan binatang liar. Yang ada, kita hanya bisa membuatnya nyaman sehingga tak mengancam kita karena ia merasa terganggu.”
Masya Allah keren ih kegiatannya. Jarang lho pondok yang mengadakan pelatihan seperti ini yang mengambil tema ular. Saya juga jadi bertambah ilmu ini setelah membaca artikel ini.
BalasHapusMembaca ini sedikit merinding, tetapi memang harus tahu ya, agar nantinya lebih berhati-hati pada ular,
BalasHapusmantap bets ada pelatihan leadership tentang penanganan ular begini. Tapi, kalau pun ikut jadi peserta aku sudah bergidik duluan sih. Btw, aku jadi tahu tentang jenis ular berbisa dan tidak berbisa. Pembahasan begini sangat informatif sekali.
BalasHapusMenarik banget konsep melatih leadership seorang anak dengan penanganan menghadapi ular. Biasanya kalau di sekolah-sekolah kalau ada ospek baik saat masuk sekolah ataupun ketika ekskul pelatihan leadership nggak jauh-jauh dari pos mental yang isinya bentak-bentak doang. Konsep ini perlu ditiru karena bermanfaat bagi orang yang mengikuti pelatihan leadership.
BalasHapusaku keder duluan. Tapi, Dari sini aku jadi tambah pengetahuan, kalau ular yg pucuk ekornya merah, kepalanya merah, dan lehernya bisa mekar dan kempes itu berbisa. Wah, noted banget ini. Keren, sampai ada pelatihannya juga buat santrinya
BalasHapusInspiratif banget kegiatannya dan jelas sangat bermanfaat agar kelak para santri ketika sudah terjun di masyarakat tidak menjadi sosok yang lari kalau ada ular tapi bergerak dan tahu cara menanganinya
BalasHapusPengetahuan tentang ular ini penting banget loh, khususnya untuk membedakan mana jenis yang mematikan dengan bisanya atau dengan lilitannya.
BalasHapus