Ramadan bisa menjadi istimewa ketika kita bisa memaksimalkan keberadaannya. Kita adalah orang-orang pilihan Allah ﷻ untuk bisa bertemu dengan bulan mulia di tahun ini. Berapa banyak saudara seiman yang tahun lalu masih bisa beribadah Ramadan tapi tahun ini sudah tiada.
Ada sebuah cerita, tentang dua orang lelaki bertakwa dari suku Qudha'ah yang ringan tangan membantu dengan harta maupun tenaga untuk dakwah Islam. Keduanya memenuhi panggilan jihad dan berharap mati syahid yang dijamin masuk surga.
Seorang darinya meninggal syahid sedang seorang lainnya pulang membawa kemenangan gemilang. Setahun kemudian, yang selamat saat perang itu menyusul meninggal karena menderita sakit.
Ustaz Faris Ahmad mengajak memaksimalkan ibadah wajib di bulan Ramadan |
Seorang sahabat yakni Thalhah bin Ubaidillah bermimpi tentang kedua lelaki tersebut. Dalam mimpi itu Thalhah berada di depan pintu surga bersama kedua sahabat tersebut, untuk menunggu panggilan masuk.
Dari dalam surga terdengar suara yang memanggil sahabat yang meninggal karena sakit dan mempersilakan masuk surga. Baru kemudian suara lagi memanggil sahabat yang mati syahid, dan masuklah ia ke dalam surga.
Lalu kembali terdengar suara dan berkata kepada Thalhah, agar kembali karena belum waktunya untuk masuk surga. Thalhah pun terbangun dan tertegun mengingat mimpinya yang terasa jelas sekali itu.
Esoknya, Thalhah menceritakan mimpi tersebut kepada para sahabat bahwa ternyata lelaki yang meninggal karena sakit dipanggil lebih dahulu masuk surga daripada yang mati syahid. Para sahabat tidak percaya tentang mimpi itu.
Kisah ini pun terdengar Rasulullah ﷺ dan beliau membenarkannya sehingga membuat heran para sahabat. “Mengapa temannya yang meninggal terakhir karena sakit malah masuk surga lebih dahulu daripada temannya yang meninggal karena mati syahid?’’
Rasulullah ﷺ bertanya balik: “Bukankah temannya itu masih hidup setahun setelah kematiannya?” Mereka menjawab: “Betul." Rasulullah bertanya: “Dan bukankah ia masih mendapati Ramadan, lalu ia berpuasa, melakukan salat ini dan itu selama satu tahun itu?”
Mereka menjawab: “Betul." Maka Rasulullah berkata bahwa jarak antara mereka lebih jauh daripada jarak antara langit dan bumi. Hal ini menunjukkan betapa keutamaan bulan Ramadan dan ibadah di dalamnya dapat mengalahkan keutamaan seorang yang mati syahid.
Dalam memanfaatkan Ramadan agar maksimal maka Imam Baihaqi menjelaskan agar kita mengutamakan yang wajib baru kemudian sunah. Jangan sampai kita membalikkan sehingga merugikan kita sendiri.
Ambillah contoh, Salat Tarawih dan Salat Zuhur itu mana yang wajib? Kita tahu Tarawih sunah sementara Zuhur wajib. Maka dari itu, kita harus lebih memaksimalkan yang wajib baru kemudian yang sunah. Jangan sampai Tarawih mati-matian kita jalankan dengan jemaah, lalu Zuhur kita tidak berjemaah.
Suasana pengajian Ahad pagi di Masjid Widad El Fayez bersama Ustaz Faris Ahmad |
Berbakti kepada orang tua hukumnya wajib, menaati mereka itu wajib. Membaca Al-Qur’an hukumnya sunah. Nah, ketika ibu meminta tolong diantar belanja ke pasar, sedangkan kita sedang baca Al-Qur’an, maka hentikan dulu bacanya antarkan dulu ibu sebagai bentuk kepatuhan.
Apalagi bakti pada orang tua dibandingkan dengan hal-hal mubah atau makruh. Misalnya, kita diminta ibu mengantar makanan ke rumah kerabat tapi enggan karena sedang bermain handphone. Ini sebagai bentuk kesia-siaan di bulan Ramadan yang harus ditinggalkan.
Kemudian bagi seorang istri, hendaklah memperhatikan wajibnya berbakti pada suami dengan menyiapkan buka dan sahurnya. Utamakan amalan ini sebelum amalan sunah lainnya.
Sebagai suami, banyak kewajiban yang juga harus diutamakan. Yakni dengan mendidik keluarga agar bisa memaksimalkan kebaikan di bulan Ramadan. Jangan saleh sendiri tanpa mengajak keluarga.
Mari kita perhatikan hal-hal seperti ini. Memaksimalkan keberadaan Ramadan dengan memaksimalkan hal-hal yang wajib sebelum kemudian melanjutkan dengan amalan sunah. Inilah jalan kita agar bisa mendapatkan kebahagiaan di bulan yang mulia.
Selanjutnya, untuk memaksimalkan Ramadan, kita juga hendaknya mengisi dengan amalan sunah setelah yang wajib kita laksanakan. Amalan sunah yang sering kita abaikan di antaranya adalah salat fajar sebelum Subuh.
Setelah Salat Subuh kita lanjutkan zikir dan tilawah, kemudian menyempurnakan dengan Salat Syuruq yang akan mendapatkan pahala besar sebagaimana haji dan umrah yang sempurna.
مَنْ صَلَّى الْفَجْرَ فِي جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللهَ تَعَالَى حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ، كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ تَامَةٍ تَامَةٍ تَامَةٍ (رواه الترمذي. حسن)
“Siapa saja yang Salat Subuh secara berjemaah, kemudian duduk dengan berzikir kepada Allah sampai terbit matahari, kemudian salat dua rakaat maka ia akan mendapatkan pahala sebagaimana haji dan umrah yang sempurna, sempurna, sempurna.” (HR at-Tirmidzi. Hadits Hasan).
Semoga Allah mudahkan kita beribadah di bulan Ramadan dan menyambut Syawal dengan hati yang suci, seperti bayi yang baru terlahir ke dunia ini.
Resume kajian Ahad Pagi di Masjid Widad El Fayez, Komplek Asemlegi, Gabeng, pada 24 Maret 2024 disampaikan oleh Wakil Kepala Komplek Asemlegi Ustaz Faris Ahmad, Lc, M.Pd.
Posting Komentar untuk "Ustaz Faris Ahmad: Memaksimalkan Bulan Ramadan dengan Mengutamakan Amalan Wajib daripada Amalan Sunah"