Ustaz Wasono Nurhadi: Sukses Itu Sukses di Akhirat, Tak Hanya Mengutamakan Dunia Semata

Kita semua tentu saja ingin sukses atau berhasil. Orang awam memaknai sukses terkait dengan kekayaan dunia saja. Apakah sama dengan pemikiran kita sebagai umat Islam? Tentu saja beda. Allah ﷻ telah mengabarkan dalam firman-Nya.

وَا بْتَغِ فِيْمَاۤ اٰتٰٮكَ اللّٰهُ الدَّا رَ الْاٰ خِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَ حْسِنْ كَمَاۤ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْـفَسَا دَ فِى الْاَ رْضِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ

Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-Qasas 28: Ayat 77)

Sukses menurut ayat di atas adalah diawali dengan akhirat baru dunia. Hidup di akhirat adalah kekal sehingga lebih pantas dijadikan tujuan hidup daripada sekadar kesenangan dunia.

Ustaz Wasono Nurhadi
Ustaz Wasono Nurhadi ajak suskes akhirat

Abadinya akhirat telah dikabarkan dalam Al-Qur’an, seperti disebut dalam Surat Al Hajj ayat 47 (1 hari di akhirat sama dengan 1000 tahun di dunia) dan Al Maarij ayat 4 (1 hari di akhirat sama dengan 50.000 tahun di dunia).

Sayangnya, ketika umat Islam terlena, maka akan melupakan akhirat sehingga dunia lebih diutamakannya. Umat Islam ikut-ikutan pada kebiasaan yang tidak baik menurut agamanya, bahkan dengan sengaja.

Sebagaimana hadis yang diriwayatkan dari Abu Sa'id radhiyallahuanhu, bahwa Nabi ﷺ bersabda; “Sungguh kalian akan mengikuti jalan-jalan orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, hingga seandainya mereka masuk ke lubang biawak, niscaya kalian juga akan memasukinya.”

Padahal jelas Rasulullah ﷺ menyampaikan bahwa orang akan dianggap sama ketika mengikuti suatu kaum. Jadi jangan sampai umat Islam mengikuti budaya dari umat lain, karena akan disebut sama dengan mereka.

Contoh kebiasaan yang tak sesuai dengan Islam adalah merayakan tahun baru hingga terlambat bangun Salat Subuh. Padahal kebiasaan menyambut pukul 00.00 dengan lonceng, terompet, dan kembang api, maka sudah ikut-ikutan budaya Nasrani, Yahudi, dan Majusi.

Seyogianya umat Islam menjadikan Allah sebagai pelindung yang mengarahkan kepada cahaya, bukan sebaliknya yang memasukkan kepada kegelapan. Padahal itu adalah jalan menuju neraka.

اَللّٰهُ وَلِيُّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا يُخْرِجُهُمْ مِّنَ الظُّلُمٰتِ اِلَى النُّوْرِ ۗ وَا لَّذِيْنَ كَفَرُوْۤا اَوْلِيٰۤــئُهُمُ الطَّا غُوْتُ ۙ يُخْرِجُوْنَهُمْ مِّنَ النُّوْرِ اِلَى الظُّلُمٰتِ ۗ اُولٰٓئِكَ اَصْحٰبُ النَّا رِ ۚ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ

Allah Pelindung orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya adalah setan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan. Mereka adalah penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 257)

Yang tak kalah mengerikan adalah adanya kelompok munafik. Kelompok ini nyaris tak bisa dibedakan dengan yang baik, padahal hatinya dalam keburukan. Mereka akan menusuk dari dalam, menggunting dalam lipatan.

Jadi tak ada jalan lain untuk mendapatkan kesuksesan, selain istikamah dalam ketaatan kepada Allah. Ketika ditawarkan dua hal: surga dan neraka, maka harus tega memilih salah satunya, tidak berharap ada di tengah-tengahnya.

Kita harus sadar sepenuhnya bahwa apa saja yang kita pilih akan berdampak surga atau neraka. Akan sangat merugi ketika kita memilih hanya karena ikut-ikutan, padahal kita sendiri yang akan menanggungnya kelak.

Ketika ada yang mengajak kita, maka lihatnya siapa yang mengajak, diajak apa, dan jurusan atau tujuannya ke mana. Hati-hatilah kalau sampai kita mati dalam keadaan buruk karena orang akan meninggal sesuai kebiasaannya.

Marilah kita pilih kelompok orang-orang yang beriman, bukan kelompok orang yang hanya memikirkan dunia dengan kebiasaan yang tidak baik seperti gemar bergoyang, bahkan kelompok lain yang gemar menonton film p*rn0. Nauzubillahi minzalik.

Resume kajian Ahad Pagi di Masjid Widad El Fayez, Komplek Asem Legi, Gabeng, pada 21 Januari 2024 bersama Ustaz Drs. Wasono Nurhadi dari Komunitas Satriyo Santri Makaryo Solo (Baluwarti, Surakarta)

Posting Komentar untuk "Ustaz Wasono Nurhadi: Sukses Itu Sukses di Akhirat, Tak Hanya Mengutamakan Dunia Semata"