Kajian Tematik Bersama Syekh Ahmad Abdullah Al Mashri: Pengaruh Kisah Al Qur'an Terhadap Pembentukan Kepribadian Islam

Bakda Salat Asar, pada hari Selasa, 21 November 2023. Bertempat di Masjid Widad El Fayez, Komplek Asemlegi, Gabeng, para asatiz dan SDM PPTQ Qoryatul Qur’an mengikuti kajian bersama Syekh Ahmad Abdullah Al Mashri.

Beliau adalah seorang ulama dari Madinah, yang hari ini berkenan menyampaikan kajian untuk para asatiz Qoryatul Qur’an dengan tema “Pengaruh Kisah Al Qur'an Terhadap Pembentukan Kepribadian Islam”.

Menurut Syekh, secara garis besar, Al-Qur’an terdiri dari Tauhid, Syariat, dan Kisah. Dalam Al-Qur’an, Allah banyak menyebutkan cerita untuk pelajaran atau ibrah dan pedoman dalam hidup kita.

Sebelumnya masyarakat Arab akrab dengan cerita pembunuhan dan hal-hal buruk tanpa ada manfaatnya, maka Allah ganti dengan kisah bermakna untuk mengubah masyarakat ke arah kebaikan.

Syekh Ahmad Abdullah Al Mashri
Syekh Ahmad Abdullah Al Mashri ditemani Ustaz Faris Ahmad sebagai penerjemah

Dengan cerita ini pula, bisa menjadi sarana interaksi bagi orang yang berakal,l dengan Al-Qur’an, karena merekalah yang bisa memikirkan dengan nalarnya.

Ayat-ayat yang memuat cerita tersebut, turun di Mekkah. Tujuannya untuk membentuk pribadi tangguh dan kuat bagi umat Islam di generasi awal.

Ini juga menyiratkan pesan untuk para pendidik termasuk orang tua, bahwa mengajari anak paling mudah adalah dengan cerita. Cerita lebih mudah dipahami dan anak dirangsang berpikir sehingga menjadi cerdas.

Di dalam Al-Qur’an, Allah memerintahkan kita bertadabur dengan cerita-cerita dalam Al-Qur’an. Kisah yang diceritakan bertabur dengan makna jika kita bisa merenungkannya.

Pengaruh cerita diawali dari kisah Nabi Adam As, yang memberi pelajaran bahwa awal perseteruan manusia dengan Iblis itu sudah sejak manusia diciptakan.

Kisah Nabi Adam As juga mengajari kita tentang efek berbuat maksiat, sehingga Adam-Hawa diturunkan dari surga ke dunia. Maka, apalah kita yang maksiatnya pasti lebih banyak.

Kisah Nabi Musa As dan Raja Firaun, yang menyampaikan pelajaran bahwa setiap penguasa zalim pasti akan binasa pada waktunya, akan habis seperti Firaun dan bala tentaranya yang tenggelam di Laut Merah.

Dulu, suatu kaum lemah yang ditolong Allah yakni Bani Israil, ketika mereka taat pada Allah maka akan diangkat-Nya dengan pertolongan itu.

Dari kisah Musa As juga ada pelajaran tentang semangat berdakwah kepada kaum yang menentang, serta kesabaran yang tak terbatas dalam membina umat.

Kisah bagaimana Ashabus Sabti, orang-orang Bani Israil yang Allah uji dengan larangan membuat kegiatan di hari Sabtu yang merupakan hari raya. Termasuk larangan memasang jala ikan. Namun, mereka mengakali dengan memasang hari Jumat dan mengambilnya hari Ahad. Kisah ini berakhir dengan kutukan dari Allah.

Pelajaran yang juga penting, bahwa yang mendapat azab tak hanya pelaku maksiat, tapi azab juga menanti kepada orang yang melihat maksiat tapi diam saja tanpa mencegahnya. Ini berkaitan dengan perintah amar makruf nahi munkar.

Ibrah lain dari kisah Ashabul Ukhdud yang mengajarkan bahwa agama itu adalah yang paling mahal bagi seorang manusia. Tidak ada yang bisa mengubah iman, termasuk takut pada ancaman. Hanya pada Allah saja ketakutannya.

Kekuatan iman yang dipegang teguh adalah akidah yang harus diperjuangkan seberat apapun ujian yang menimpa. Relevansi dengan peristiwa yang sekarang terjadi di Palestina.

Rasulullah ﷺ pernah dikepung pasukan ahzab, pasukan gabungan dari musuh. Dan realitanya kini terulang di Gaza. Tak ada negara yang berani membantu karena terikat ketakutan penguasa, meski secara umum masyarakatnya membela.

Kisah lain dalam Al-Qur’an adalah kisah Nabi Sulaiman As yang memberi contoh bagaimana memimpin. Pemimpin berhak menanyakan kinerja bawahannya. Namun, tidak serta-merta menghukum kekeliruan dari bawahannya. Hendaklah dicari alasan atau penyebabnya untuk dicarikan solusi.

Masih banyak lagi kisah dalam Al-Qur’an yang mengandung berbagai ibrah, namun tak memungkinkan disampaikan semua dalam majelis yang singkat ini.

Syekh Ahmad Abdullah Al Mashri berpesan bahwa pekerjaan sebagai asatiz bukan hanya sebuah pekerjaan sederhana. Ini adalah profesi para Nabi, yakni menunjukkan kepada kebaikan.

Dari proses inilah akan melahirkan anak yang kelak jadi besar berkat didikan kita. Di manapun mereka berada ketika dewasa, mereka akan mengaplikasikan ilmu yang kita sampaikan. Kita akan mendapat kebahagian dari hasil pendidikan tersebut, di dunia dan akhirat.

Foto bareng syekh
Foto bersama setelah kajian

Demikian kajian tematik dengan waktu yang cukup singkat ini. Semoga Allah memberkahi kita semua. Sebagai informasi, kajian sore ini didampingi Ustaz Faris Ahmad selaku penerjemah, semoga menjadi amal jariyah bagi beliau. Aamiin.

Posting Komentar untuk "Kajian Tematik Bersama Syekh Ahmad Abdullah Al Mashri: Pengaruh Kisah Al Qur'an Terhadap Pembentukan Kepribadian Islam"