Setiap orang tua menginginkan anaknya bahagia di dunia dan akhirat. Cara mendidik anak pun berbeda-beda. Keinginan seorang ibu dan ayah berbeda dengan keinginan anak.
Perlu diingat bahwa jangan suka membandingkan anak dengan anak yang lain. Tapi arahkan anak agar menuju pada kebaikan yang kita inginkan.
3 Macam Kedudukan Anak
Kedudukan anak ada 3, yakni sebagai hiasan, sebagai ujian, dan sebagai musuh. Bagaimana penjelasannya?
1. Anak sebagai hiasan
Anak sebagai hiasan, maka jadikan orang senang melihatnya. Hiasi anak dengan akhlak yang baik, perbuatan yang sopan santun.
Seperti santri di PPTQ Qoryatul Qur’an yang diajarkan adab dari hal sepele seperti ketika menyuguhkan snack untuk pembicara kajian.
Ustaz Muhammad Syafi'i sampaikan 3 macam kedudukan anak |
Anak jadi hiasan bukan karena cantik atau gantengnya wajah, tapi karena akhlaknya yang terlihat oleh siapapun. Memandangnya menjadikan hati senang.
اِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْاَ رْضِ زِيْنَةً لَّهَا لِنَبْلُوَهُمْ اَ يُّهُمْ اَحْسَنُ عَمَلًا
“Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, untuk Kami menguji mereka, siapakah di antaranya yang terbaik perbuatannya.” (QS. Al-Kahf 18: Ayat 7)
Dalam hal ini, maka kebaikan pada anak itu bukan sekadar memiliki ilmu pengetahuan dan keagamaan, melainkan yang mengamalkan dalam akhlak yang nyata dalam tindakan.
Hati-hati dengan sikap merasa ahli agama sehingga orang lain yang kurang ilmu kita anggap lebih rendah. Padahal itu bukan jaminan lebih baiknya seseorang.
2. Anak sebagai ujian
Anak ada yang menurut menjadi baik, dan tak sedikit yang berkelakuan kurang baik. Ini adalah ujian bagi orang tua. Ada yang karena dulu orang tuanya memang nakal, tapi bisa juga menimpa orang tua baik karena anak menjadi ujian.
اِنَّمَاۤ اَمْوَا لُـكُمْ وَاَ وْلَا دُكُمْ فِتْنَةٌ ۗ وَا للّٰهُ عِنْدَهٗۤ اَجْرٌ عَظِيْمٌ
“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah pahala yang besar.” (QS. At-Taghabun 64: Ayat 15)
Bagi anak, berusahalah jangan jadi ujian bagi kedua orang tua. Dan bagi orang tua, ketika anak menjadi ujian maka selesaikan baik-baik dan bersabarlah.
3. Anak sebagai musuh
Anak adalah amanah bagi orang tua yang harus diajak kepada kebaikan. Namun, ketika gagal mendidiknya anak bahkan bisa menjadi musuh.
يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اِنَّ مِنْ اَزْوَا جِكُمْ وَاَ وْلَا دِكُمْ عَدُوًّا لَّكُمْ فَا حْذَرُوْهُمْ ۚ وَاِ نْ تَعْفُوْا وَتَصْفَحُوْا وَتَغْفِرُوْا فَاِ نَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
“Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu maafkan dan kamu santuni serta ampuni (mereka), maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. At-Taghabun 64: Ayat 14)
Anak menjadi musuh ketika menjadi pihak yang menghalang-halangi jalan Allah, merintangi jalan ketaatan kepada-Nya. Maka hati-hatilah agar tidak dijerumuskan oleh mereka.
Demikian 3 macam kedudukan anak dalam keluarga. Semoga menjadi bahan perenungan bersama bagi para orang tua, terutama dalam menyikapi amanah berupa anak keturunan.
Resume kajian Ahad Pagi di Masjid Widad El Fayez, Komplek Asemlegi, Gabeng, pada 29 Oktober 2023 disampaikan oleh Ustaz H. Muhammad Syafi’i, M.Ag, kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Weru
Posting Komentar untuk "Ustaz Muhammad Syafi’i: Anak Itu Ada yang Jadi Hiasan, Ujian, dan Musuh"