TAUD Qoryatul Qur’an Gabeng Terima Kunjungan Study Tiru dari TPQ Abata Planggu

Selasa, 15 Agustus 2023. Suasana pagi yang cerah di komplek Masjid Ar-Rahmah, Dukuh Gabeng RT 03 RW 01, Desa Ngreco, Kecamatan Weru dengan keceriaan anak-anak sekolah Tahfizh Anak Usia Dini (TAUD) Qoryatul Qur’an.

Hari ini, ada 4 orang asatidz muda dari TPQ Abata, Karang Jowa, Planggu, Trucuk, Klaten. Mereka adalah Ustaz Faqih, Ustaz Mahmud, Ustaz Fahrudin, dan Ustazah Nur Safitri.

Kehadiran keempat asatidz muda itu disambut langsung oleh Ustaz Bambang Wahyudi, SE selaku Kepala Unit TAUD Qoryatul Qur’an, ditemani Ustazah Asih Andayani, istri beliau yang juga merupakan pendidik di TAUD QQ.

TAUD Qoryatul Quran
Anak-anak TAUD dilatih salat berjemaah

Menemani menemui tamu dari Planggu tersebut, ada Ustaz Aldi Hermawan dari QQ Peduli dan Ustaz Wakhid Syamsudin dari QQ Media. Tamu ditemui di serambi Masjid Ar-Rahmah, Gabeng.

Adapun maksud tujuan keempat asatidz muda dari TPQ Abata adalah untuk mempelajari kurikulum pendidikan, manajemen SDM, dan pengurusan Ijin Operasional yang telah berjalan di TAUD QQ.

Ustaz Bambang Wahyudi menyampaikan bahwa sejak mengawali TAUD, konsep yang menjadi perhatian utama ada 3 hal, yakni tujuan, proses, dan ending (akhir). Tujuan akan berpengaruh pada hasil. Kalau tujuan sudah salah maka hasilnya juga salah.

Tujuan pendirian TAUD di Qoryatul Qur’an, adalah untuk pendidikan dini dalam rangka mencetak generasi terbaik seperti ditempuh Rasulullah. Generasi terbaik itu adalah generasi para sahabat. Dan ini harus disiapkan sejak kecil. Mempersiapkan generasi sedini mungkin menjadi support untuk unit berikutnya secara kesiswaan dan sistem pembinaan. Penanaman iman, adab, dan Qur’an sejak dini.

Study tiru
Ustaz Bambang Wahyudi menyampaikan banyak hal terkait pendirian TAUD QQ

TAUD sebagai unit terkecil Qoryatul Qur’an dan saat ini paling baru. Karena menjadi sarana penanaman fondasi awal mencetak generasi terbaik, maka mendirikan TAUD tidak boleh main-main, kalau sampai begitu maka hanya buang tenaga saja.

Dalam berproses, kurikulum yang digunakan oleh TAUD Qoryatul Qur’an menggabungkan 5 macam pendidikan, yakni iman, Qur’an, ibadah, adab, dan bahasa.

Meniru para sahabat Nabi belajar iman dulu, lalu Qur’an. Iman harus ada ruh yang menyertai pembelajaran ilmunya. Iman bisa disimulasikan ke anak. Misal neraka panas, siapkan api.

Qur’an dengan menghafalnya, capaian anak tak bisa dipaksakan. Ibadah diajarkan dengan pembiasaan salat duha, mengajarkan fikih dengan lagu, dan mendampingi saat wudu.

Penanaman adab akan berpengaruh pada apa yang dia cari. Ilmunya pun akan menjadi berkah bagi anak. Kita ajarkan adab makan, membiasakan salam, dan salim pada orang tua. Materi tidak usah muluk-muluk. Pakai 5S: senyum salam salim sopan santun.

Ajarkan juga pengenalan bahasa arab sehari-hari, bahasa jawa untuk unggah-ungguh yang sudah mulai hilang. Untuk keperluan harian. Dengan media pembelajarannya. Diajari nadhar shirah thoriqiyah, meski belum paham yang penting bisa hafal.

Metode yang dipakai adalah talaqqi (diajari, disuruh menirukan) dan keteladanan. Anak butuh diberi contoh bagaimana duduk baik, makan, wudu, dan sebagainya. Anak setelah dolan pulang dapat kata kotor, karena memang ia hanya meniru.

TPQ Abata
Para asatidz TPQ Abata Planggu

Ending-nya kita mengharapkan rida Allah. Jadi mendirikan TAUD tidak mencari profit. Tombok itu sudah biasa, dan itu dianggap sebagai investasi aset generasi. Kita tak khawatir masalah dana operasional, tapi khawatir kalau tidak bisa tercapai visi dan misi. Kegagalan terbesar adalah ketika gagal mencapai visi dan misi.

Kita bisa mengusung bersama konsep TAUD dalam pendidikan anak. Mengingat keterbatasan jangkauan, maka kalau bisa dakwah lokal tujuan global. Kalau ada mitra yang ada keinginan mengikuti langkah kita maka kita sambut baik, dan berjalan bersama menggapai tujuan.

Dalam pendidikan, kurikulum itu penting. Belajar apa hari ini harus sudah ditetapkan agar terkonsep. Tapi yang lebih penting dari itu adalah metode. Metode penting, yang lebih penting lagi adalah guru. Yang lebih penting lagi adalah ruhnya harus ada, karena anak sangat peka dan lebih respek.

Kalau merasa belum mampu mengerjakan itu, maka berdoalah pada Allah. Minta bimbingan-Nya agar diberi jalan kemudahan. Hadirkan ruh untuk mendidik anak gang diamanahkan.

Perbanyak istigfar karena dosa dan kemaksiatan berpengaruh pada proses kita mendidik. Jangan egois, harus bisa menerima ketika ada yang mengarahkan.

Banyak sekali hal yang disampaikan Ustaz Bambang Wahyudi. Semoga bisa menginspirasi keempat tamu dari TPQ Abata Planggu tersebut, yang berniat mendirikan TAUD seperti di Qoryatul Qur’an. Demikian, semoga bermanfaat.

Posting Komentar untuk "TAUD Qoryatul Qur’an Gabeng Terima Kunjungan Study Tiru dari TPQ Abata Planggu"