Allah ﷻ berfirman dalam salah satu ayat-Nya, tentang penciptaan manusia yang lahir dalam kelemahan. Allah ﷻ menjadikannya kuat lalu melemahkan kembali. Ada pelajaran yang harus kita tadaburi.
اَللّٰهُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْۢ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْۢ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَّشَيْبَةً ۗ يَخْلُقُ مَا يَشَآءُ ۚ وَهُوَ الْعَلِيْمُ الْقَدِيْرُ
“Allah-lah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dan Dia Maha Mengetahui, Maha Kuasa.” (QS. Ar-Rum 30: Ayat 54)
Pergantian tahun dari 1444 H ke 1445 H tentu akan memberikan efek kepada manusia. Bertambahnya usia membawa perubahan bagi perkembangan fisik kita. Dari bayi hingga lanjut usia, akan ada perubahan yang kentara.
Ustaz Ihsan Saifuddin mengajak tadaburi Ar Rum ayat 54 |
Bayi lahir dalam keadaan lemah, hanya bisa menangis. Perlahan bayi bisa berkembang dari sekadar miring, tengkurap, merangkak, belajar jalan, dan seterusnya. Dari kondisi lemah menjadi kondisi kuat.
Usia anak lanjut remaja dan dewasa, di mana kondisi menjadi kuat. Puncak kekuatannya berada pada kisar usia 17-27 tahun. Seiring tambahnya usia maka menjadi tua, yang artinya berganti menjadi makhluk yang lemah kembali.
Perkembangan fisik dan psikis dari lemah menjadi kuat dan melemah kembali, adalah kondisi yang memang sudah Allah ﷻ takdirkan bagi manusia.
Ketika sudah menjadi manusia lanjut usia atau manula, maka sebagaimana disebut pada Surat Yasin ayat 68 dan Al Hajj ayat 5, yang dipanjangkan umur maka keadaannya dikembalikan kepada kondisi mulanya. Semakin lanjut usia maka sifatnya menjadi seperti bocah dan bayi lagi.
وَمَنْ نُّعَمِّرْهُ نُـنَكِّسْهُ فِى الْخَـلْقِ ۗ اَفَلَا يَعْقِلُوْنَ
“Dan barang siapa Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada awal kejadian(nya). Maka mengapa mereka tidak mengerti?” (QS. Ya-Sin 36: Ayat 68)
Semakin sepuh maka akan berkurang dari segi fisik. Di antaranya mata blawur (penglihatan berkurang) sehingga kesulitan saat membaca Al-Qur’an. Maka ketika masih tajam pandangan mata, gunakan untuk baca Al-Qur’an. Jaga kesehatan mata dengan menghindari baca di ruang gelap dan sebagainya.
يٰۤـاَيُّهَا النَّا سُ اِنْ كُنْـتُمْ فِيْ رَيْبٍ مِّنَ الْبَـعْثِ فَاِ نَّـا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ تُرَا بٍ ثُمَّ مِنْ نُّـطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِنْ مُّضْغَةٍ مُّخَلَّقَةٍ وَّغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِّـنُبَيِّنَ لَـكُمْ ۗ وَنُقِرُّ فِى الْاَ رْحَا مِ مَا نَشَآءُ اِلٰۤى اَجَلٍ مُّسَمًّى ثُمَّ نُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوْۤا اَشُدَّكُمْ ۚ وَمِنْكُمْ مَّنْ يُّتَوَفّٰى وَمِنْكُمْ مَّنْ يُّرَدُّ اِلٰۤى اَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْلَا يَعْلَمَ مِنْۢ بَعْدِ عِلْمٍ شَيْـئًـا ۗ وَتَرَى الْاَ رْضَ هَا مِدَةً فَاِ ذَاۤ اَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَآءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَاَ نْۢبَـتَتْ مِنْ كُلِّ زَوْجٍۢ بَهِيْجٍ
“Wahai manusia! Jika kamu meragukan (hari) Kebangkitan, maka sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna agar Kami jelaskan kepada kamu; dan Kami tetapkan dalam rahim menurut kehendak Kami sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampai kepada usia dewasa, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dikembalikan sampai usia sangat tua (pikun), sehingga dia tidak mengetahui lagi sesuatu yang telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air (hujan) di atasnya, hiduplah bumi itu dan menjadi subur dan menumbuhkan berbagai jenis pasangan tetumbuhan yang indah.” (QS. Al-Hajj 22: Ayat 5)
Manusia yang diberi usia sampai tua dan sangat tua maka akan terkena penyakit pikun. Di mana pada kondisi itu, ia mengalami kehilangan apa yang diketahuinya, kembali seperti bayi lagi.
Bagi kita yang menjumpai orang tua dalam kondisi pikun maka Allah ﷻ berikan kesempatan baginya untuk masuk surga dengan berbakti mengurusnya. Kalau tidak bisa maka bisa menjadikannya celaka.
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال سمعتُ رسولَ الله صلى الله عليه وسلم يقول رَغِمَ أنْفُهُ، رَغِمَ أنْفُهُ، رَغِمَ أنْفُهُ قيل مَنْ يا رسولَ اللهِ؟ قال مَنْ أدْرَكَ وَالِدَيْهِ عِنْدَ الْكِبَرِ أَحَدُهُما أَوْ كِلَاهما ثمَّ لَمْ يَدْخُلِ الجَنَّةَ
“Dari sahabat Abu Hurairah ra, ia mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Celakalah seseorang, celakalah, dan celakalah.’ Sahabat bertanya, ‘Siapa ya Rasul?’ Rasul menjawab, ‘Orang yang mendapati kedua orang tuanya menua baik salah satu maupun keduanya, lalu ia tidak masuk ke surga,’” (HR. Muslim).
Birrul walidain menjadi bagian dalam etika Islam yang menunjukkan kepada tindakan berbakti (berbuat baik) kepada kedua orang tua. Birrul walidain ini hukumnya wajib, bahkan meski orang tuanya tidak beragama Islam.
Ketika kita sudah punya rumah sendiri, dan orang tua yang sudah sepuh tinggal bersama kita maka berarti ada surga di rumah kita. Di sinilah bakti seorang anak diuji, jika lulus dalam ujian ini maka balasannya adalah surga Allah ﷻ.
Resume kajian Ahad Pagi di Masjid Widad El Fayez, Komplek Asem Legi, Gabeng, pada 6 Agustus 2023 disampaikan oleh Ustaz Ihsan Saifuddin dari Sukoharjo.
Posting Komentar untuk "Ustaz Ihsan Saifuddin: Tadabur Al-Qur’an Surat Ar Rum ayat 54, Allah Menjadikan Kuat Lalu Melemahkan Kembali"