Ustaz Ihsan Saifuddin: Persiapan Diri Menyambut Bulan Suci

Penyebutan bulan suci bagi Ramadan adalah bentuk penghormatan. Kalau Nabi menyebutnya sebagai bulan berkah (barakah). Lepas dari penamaan-penamaan itu, kaum muslimin sepakat bahwa Ramadan adalah bulan yang istimewa yang penuh rahmat dan ampunan Allah.

Dalam Kitab Lathaif al-Ma’arif, hal. 138, Amru bin Qais menyebutkan:

طُوْبَى لِمَنْ أَصْلَحَ نَفْسَهُ قَبْلَ رَمَضَان

Beruntunglah mereka yang memperbaiki dirinya sebelum memasuki bulan Ramadan.”

Persiapan menyambut Ramadan dapat dibagi menjadi dua aspek, yaitu ar-ruhi (ruhiyah) dan al-jasadi (jasadiyah). Ruhiyah dan jasadiyah adalah dua aspek yang harus ada pada manusia. Jasad tanpa ruh tentu saja adalah kematian. Ruhiyah bahkan lebih penting dibanding jasadiyah.

KH Ihsan Saifuddin
Ustaz Ihsan Saifuddin mengajak hadirin siapkan diri sambut Ramadan

Seseorang yang memiliki fisik (jasadiyah) yang sehat, tanpa persiapan ruhiyah yang kuat, bisa saja meninggalkan puasa atau menjalaninya tanpa kesungguhan. Tanpa ruhiyah yang kuat, rasa malas dan godaan hawa nafsu lebih mudah menguasai, sehingga seseorang lebih mudah mencari alasan untuk tidak berpuasa.

Sebaliknya, seseorang yang memiliki ruhiyah kuat meskipun fisiknya lemah tetap akan berusaha berpuasa dengan penuh kesabaran dan keyakinan, karena ia memahami bahwa puasa adalah bentuk ketakwaan kepada Allah. Maka bisa disebut persiapan ruhiyah jauh lebih penting meski tak bisa mengabaikan juga persiapan jasadiyah.

Hal ini sama seperti santri di pondok pesantren, yang lebih betah adalah mereka yang siap secara ruhiyah, bukan sekadar kuat secara fisik, karena kesiapan ruhiyah membuat seseorang lebih menikmati dan bertahan dalam perjalanan ibadahnya. Ini juga menjadi bukti pentingnya ruhiyah.

Ruhiyah yang siap akan mampu menghadapi godaan jasadiyah dalam beribadah, seperti rasa lapar, haus, dan lelah saat berpuasa. Keteguhan hati dan kesadaran akan tujuan ibadah membuat seseorang tetap menjalankan puasa dengan penuh keikhlasan meskipun fisiknya terasa lemah.

Namun, jasadiyah yang kuat juga memiliki peran penting, karena tubuh yang sehat dan bugar akan menambah kekuatan dalam menjalankan ibadah, baik puasa maupun amalan lainnya. Oleh karena itu, keseimbangan antara ruhiyah dan jasadiyah menjadi kunci agar ibadah dapat dijalankan dengan maksimal.

Persiapan Ruhiyah

Cara mempersiapkan ruhiyah adalah dengan memperbanyak amal saleh sebagai pemanasan, agar ruh menjadi kuat dalam menghadapi ibadah, termasuk puasa Ramadan. Ibadah seperti memperbanyak puasa sunah, salat, tilawah Al-Qur’an, zikir, doa, dan sedekah akan membuat hati lebih tenang dan siap menyambut bulan suci dengan penuh keikhlasan.

Selain itu, persiapan ruhiyah juga dapat dilakukan dengan memperbanyak doa, seperti memohon kepada Allah agar diberi keberkahan di bulan Rajab dan Syakban serta dipertemukan dengan Ramadan. Dengan ruhiyah yang kuat dan penuh harapan kepada Allah, seseorang tidak hanya sekadar berpuasa, tetapi juga merasakan keberkahan dan hikmah di dalamnya.

Dalam budaya Jawa, bulan Syakban dikenal dengan sebutan Ruwah, yang berasal dari kata ruh atau arwah, mencerminkan persiapan ruhiyah sebelum memasuki Ramadan. Bulan ini dianggap sebagai waktu yang tepat untuk memperkuat spiritualitas, salah satunya dengan mengingat kematian dan mendoakan orang-orang yang telah meninggal.

Tradisi yang berkembang di masyarakat, seperti ziarah kubur, menjadi bagian dari refleksi diri agar lebih siap menyambut bulan suci dengan hati yang bersih. Dengan mengingat kematian dan memperbanyak doa, diharapkan ruhiyah semakin kuat, sehingga seseorang dapat menjalani Ramadan dengan kesadaran yang lebih dalam akan tujuan ibadahnya.

Persiapan Jasadiyah

Persiapan jasadiyah dalam menyambut Ramadan adalah dengan menjaga kesehatan tubuh agar tetap sehat wal afiat saat menjalankan ibadah puasa. Mempersiapkan diri agar tubuh terbiasa dengan perubahan ritme saat Ramadan. Dengan tubuh yang sehat, seseorang akan lebih mudah menjalankan ibadah Ramadan.

Persiapan jasadiyah dalam menyambut Ramadan tidak hanya menjaga kesehatan tubuh, tetapi juga mencakup pola pikir, pola makan, dan pola gerak. Pola pikir yang sehat membantu seseorang tetap tenang dan positif dalam menghadapi tantangan berpuasa.

Pola makan yang seimbang, dengan mengonsumsi makanan bergizi dan menghindari makanan berlebihan atau tidak sehat, memastikan tubuh tetap kuat selama Ramadan. Sementara itu, pola gerak melalui olahraga teratur dan terukur membantu menjaga kebugaran tanpa menyebabkan kelelahan berlebih.

Dengan kesiapan ruhiyah melalui amal saleh dan doa, serta jasadiyah dengan menjaga kesehatan dan kebugaran, ibadah Ramadan dapat dijalani dengan lebih optimal. Keseimbangan antara keduanya akan membantu seseorang meraih manfaat spiritual dan fisik dari puasa, sehingga tujuan akhirnya, yaitu meraih derajat takwa, dapat tercapai dengan sempurna.

Resume kajian Ahad Pagi di Masjid Widad El Fayez, Komplek Asemlegi, Gabeng, pada 16 Februari 2025 disampaikan oleh Ustaz Ihsan Saifuddin dari Sukoharjo.

Posting Komentar untuk "Ustaz Ihsan Saifuddin: Persiapan Diri Menyambut Bulan Suci"