Wakil Ketua Umum Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia (DDII), Ustaz Dr. Imam Zamroji, MA ketika diundang menjadi pembicara pada acara wisuda huffazh Ponpes Qoryatul Qur’an tahun ajaran 2022/2023 di komplek Asem Legi, Gabeng, sempat juga menyampaikan nasihat-nasihat penguatan asatidz.
Bertempat di aula komplek Asem Legi, pada pagi yang cerah di hari Senin, 12 Juni 2023, di hadapan jajaran direktorat pesantren, Waketum DDII tersebut menyampaikan harapan besar akan keberadaan Ponpes Qoryatul Qur’an di Weru agar bisa menjadi percontohan dalam menyiapkan para kader dai yang sesungguhnya.
Ustaz Imam Zamroji ajak pikirkan generasi pendakwah |
Pesantren menjadi lembaga pembentukan kader pengawal akidah umat, menjadi perekat umat, mengawal keutuhan dan martabat NKRI, dan menjadi penggiat solidaritas dunia Islam. Didirikan dengan orientasi keumatan, agar menjadi rumah besar bagi umat.
Pengkaderan di masing-masing pesantren sangat besar pengaruhnya. Selain menyiapkan dai dengan keilmuan yang baik, tak kalah penting adalah agar juru dakwah juga memiliki skill berkomunikasi dengan masyarakat dengan baik.
Fenomena dai lulusan pesantren, karena setiap hari di dalam benteng pesantren, maka sebagian besar memiliki kekurangan dalam hal berkomunikasi dengan masyarakat. Ustaz Imam Zamroji mengaku senang melihat langsung proses pembelajaran di Qoryatul Qur’an yang berkembang bersama masyarakat.
“Qoryatul Qur’an sesuai namanya, adalah pondok pesantren yang tumbuh bersama dan oleh masyarakat. Para santri digembleng bersama masyarakat, sehingga akan menghasilkan para dai yang piawai berkomunikasi dan berakhlak karimah,” kata beliau.
Semua ini tentu perlu waktu untuk melakukan evaluasi, setidaknya kita sudah berproses menyiapkan dai yang berilmu dan punya skill bermasyarakat. “Interaksi dengan masyarakat akan bisa menangkap apa yang dirasakan masyarakat,” kata Ustaz yakin.
Menurut beliau, dai dengan kemampuan bermasyarakat sangat dibutuhkan terutama ketika bertugas dakwah di pedalaman. Terutama daerah yang masyarakatnya muslim tapi belum tersentuh dakwah. Harus membuka mata dengan berbagai dinamika sosial dan bagaimana mencari solusi pembinaan umat.
Tak mungkin semua bisa instan tanpa proses, maka perlu dipersiapkan. Proses itu kita yang berikhtiar, Allah yang menentukan. Bisa dimulai dengan turut berperan aktif mengajar TPQ di luar, lalu tinggal di masjid-masjid masyarakat dengan membentuk kafilah dakwah.
Ustaz Imam Zamroji juga mengingatkan para dai agar jangan berhenti belajar. Berhenti belajar sama artinya dengan telah berhenti dalam berdakwah. “Teko kosong tidak akan bisa mengisi gelas-gelas,” kata beliau. “Tidak memiliki sesuatu (yang dipelajari), tak kan bisa memberikan sesuatu (untuk diajarkan).”
Demikianlah, Ustaz Imam Zamroji memberikan motivasi pada jajaran direktorat Ponpes Qoryatul Qur’an agar selalu bersemangat dalam berjuang menyiapkan kader dai. Banyak mutiara hikmah beliau sampaikan sehingga bisa menjadi renungan bersama.
Posting Komentar untuk "Ustaz Dr. Imam Zamroji, MA: Urgensi Dai yang Tak Hanya Berilmu tapi Juga Punya Skill Bermasyarakat"